27

7.8K 548 65
                                    

Farhan merenggangkan ototnya yang terasa kaku karena semalaman tidur di lantai cuma beralaskan selimut tebal milik Sena. Karena Farhan sudah sembuh sehabis dipukuli, jadi Sena yang tidur di atas kasur. Hari ini adalah hari minggu. Jika sedang di rumah, Farhan biasanya bangun pukul sebelas siang, lalu bangun, mandi, makan, main. Hanya itu. Namun sekarang tidak bisa. Ya namanya juga orang menumpang.

Farhan melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul enam pagi, lalu melirik Sena yang masih terlelap di atas kasurnya. Karena Sena tidur menghadap ke arahnya, Farhan bisa mengamati wajah damai Sena ketika sedang tidur. Farhan tertegun. Wajah Sena punya bekas luka yang sudah samar. Jika dilihat sekilas, memang tidak terlihat. Namun jika diperhatikan dengan teliti, lukanya akan jelas. Yang paling menonjol adalah luka sobek disudut bibirnya, serta lebam didekat matanya.

Farhan merasa tersentil hatinya. Seorang gadis remaja yang seharusnya bersenang-senang melakukan hal luar biasa, yang Farhan sendiri tak yakin bisa melakukannya.

Setelah mendengar semua penjelasan Sena semalam, saat mereka berdua sedang makan, Farhan sadar kalau Sena bukanlah perempuan tidak beres yang Farhan kira dari dulu. Jangan menilai sebuah buku dari cover-nya saja memang pantas untuk Farhan. Selama ini, ia salah menilai sosok Sena yang penuh misteri. Farhan sebenarnya penasaran apa sebenarnya alasan Sena rela mengorbankan dirinya untuk menolong orang lain. Namun, Farhan tidak mau menanyakan lebih lanjut. Sepertinya itu rahasia.

Tidak ada kata-kata lagi yang bisa Farhan keluarkan setelah mendengar penjelasan Sena, selain kata maaf berulangkali.

Ting!

Farhan melirik ponsel Sena yang baru saja berdenting, tanda sebuah pesan baru saja masuk. Farhan memberanikan dirinya untuk melihat ponsel Sena, mumpung yang punya belum bangun. Siapa tahu saja itu pesan penting dan Farhan diharuskan membangunkan Sena.

From : Bima Sakti
Sena, lu gamasuk kerja hari ini?

Alis Farhan bertautan. Ia membaca pesan itu tanpa membukanya. Jika tidak, Sena akan curiga.

Farhan berpindah menatap Sena lagi. Farhan tercenung. Sena memiliki banyak hal yang dirahasiakan. Lama menatap Sena sambil berpikir, ia sampai tidak sadar kalau orang yang ia perhatikan sudah membuka matanya. Sena mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum membalas tatapan Farhan dengan heran.

"Ngapain lo ngeliatin gue?" Tanya Sena dengan suara serak khas orang baru bangun tidur, lalu merenggangkan ototnya. Ia menguap, lalu bangkit dari posisinya menjadi duduk. Ia melirik Farhan yang masih nenatapnya.

"Lo kenapa sih? Kesambet?" Tanya Sena lagi.

"Lo kerja dimana?" Bukannya menjawab, Farhan malah menanyakan hal yang mungkin bisa menimbulkan masalah lagi.

Sena mengangkat alisnya sebelah. Ia berpikir selama beberapa detik, lalu tanpa aba-aba, ia menyambar ponselnya di atas nakas dan membuka sesuatu disana. Sena mendengkus, kemudian beralih menatap Farhan dengan tatapan datar yang tersirat sedikit kekesalan disana.

"Lo kenapa buka hape gue? Lo enggak bisa ngehargain privacy orang, ya?" Tanya Sena, mencoba berbicara dengan tenang.

"Maaf, gue kira itu penting. 'Kan lo tidur, jadi siapa tahu gue harus ngebangunin lo gitu."

"Gue nggak pernah berurusan hal penting lewat hape. Kalo mau bicarain hal penting, gue ketemu langsung. Lain kali jangan buka hape gue lagi!" Sena beranjak turun dari kasurnya, kemudian merapikannya.

"Sen, lo bisa balik kerja di kantor Papa gue lagi. Gue udah urus semuanya."

Sena berhenti sesaat merapikan tempat tidurnya, menoleh sekilas pada Farhan, lalu melanjutkan kembali pekerjaannya. "Meskipun gue boleh balik kerja lagi, sayangnya gue udah mengundurkan diri."

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang