13

7.9K 553 16
                                    

Happy reading and enjoy this story!


***

Sena bernapas lega saat bel pulang berbunyi dengan nyaringnya. Setelah membicarakan hal yang cukup serius dengan Rayhan, ia bisa bernapas lega. Selama beberapa hari ini, ia merasa terbebani karena Rayhan. Sena merasa dirinya telah banyak merepotkan Rayhan.

Tak hanya itu. Beberapa jam yang lalu, saat dirinya menuju ruang UKS bersama Karina, tak sengaja ia mendengar sebuah pembicaraan serius disebuah tempat tersembunyi disalah satu sudut sekolah. Percakapan serius antara Rayhan dan Farhan. Sena waktu itu berhenti berjalan dan memutuskan menguping pembicaraan keduanya, yang ternyata membicarakan tentangnya.

Saat itu juga, Sena berpikir kalau ia hanya membawa dampak buruk pada Rayhan dan cara satu-satunya adalah menjauh dari Rayhan.

"Sen, jangan lupa entar malam, ya. Kita mesti nyari cara yang masuk akal biar bokap gue nggak ketemu Ines."

Sena mendengus malas, lalu dilanjutkan dengan anggukan malas pula. Sejujurnya, ia kesal karena pada akhirnya Karina membawa Sena ke dalam masalahnya. Padahal, niat Sena sebenarnya hanya untuk menolong Karina dari pengeroyokan. Ia dan Karina sudah janjian untuk bertemu malam nanti dan membicarakan rencana mereka.

"Mau gue jemput entar?"

"Nggak usah. Gue balik duluan," jawab Sena. Gadis berambut hitam sebahu itu lalu berjalan pergi, meninggalkan Karina yang hanya mengangguk. Sekarang, Sena harus cepat-cepat pulang ke rumahnya untuk mengganti pakaian, mengingat ia harus pergi bekerja. Lelah tentu saja Sena rasakan. Namun, tidak ada cara lain yang bisa Sena lakukan demi mendapatkan uang untuk membiayai hidupnya.

***

Sudah beberapa minggu Sena tidak menginjakkan kakinya di perusahaan tempatnya bekerja sebagai cleaning service. Alasan utamanya tidak masuk bekerja adalah karena kuis yang diadakan gurunya. Selain itu, Sena juga masih punya uang untuk ia gunakan, mengingat ia digaji perminggu. Sekarang, keuangannya sedang menipis. Jadi, ia terpaksa bekerja lagi.

Hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih yang lengannya digulung dan celana jeans yang terkoyak-koyak seperti preman, Sena berdiri di depan gedung perusahaan yang menjulang tinggi itu.

Dengan tarikan napas satu kali, ia melangkah memasuki gedung itu. Para karyawan yang bekerja disana sudah mengenalinya sebagai cleaning service. Jadi, ia tidak diberi pertanyaan apa-apa lagi oleh satpam yang menjaga.

Tempat tujuannya sekarang adalah ruang bawah tanah dimana para pekerja seperti dirinya berkumpul dan membagi tugas. Biasanya, Sena ditempatkan di lantai paling atas, dimana ruangan direktur utama berada.

Menurut rekannya, Sena pantas mendapat bagian itu karena sudah dikenali dengan baik dengan direktur. Meski sebenarnya, Sena tidak tahu sama sekali nama direktur itu. Yang ia tahu hanyalah jabatannya. Wajahnya saja tidak terlalu ia hafal. Menurut Sena, itu tidak penting. Yang terpenting adalah bekerja dan mendapat gaji.

Setelah mengambil alat-alat untuk membersihkan, Sena bergegas menuju lantai paling atas gedung.

Ting!

Sena segera keluar dari lift sambil membawa alat-alatnya. Tempat pertama yang akan ia bersihkan adalah koridor, dimana biasa para pembisnis besar berlalu-lalang. Sena mengeluarkan sapunya, lalu mulai menyapu lantai.

Setelah menyapu, ia melanjutkan dengan mengepel lantai. Keringat sedikit mengucur dipelipis Sena. Bagaimana tidak, ia bekerja sendirian  disatu lantai. Meski pendingin gedung itu lumayan terasa pada orang lain, tapi tidak terasa bagi Sena.

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang