50

5.8K 554 91
                                    

Happy Reading✨

***

Sena masih berdiri diambang pintu. Matanya menatap bingung ke arah Rayhan dan Ridho secara bergantian. Rayhan tersenyum tipis menyambut kedatangan Sena, sedangkan Ridho tersenyum lebar.

"Sen, duduk sini!" Ridho menepuk sofa di sebelahnya, menginterupsi Sena agar duduk di sampingnya. Ia tampak semangat dengan kedatangan Sena.

Sena mengikuti yang Ridho suruhkan. Namun, pandangannya tak terlepas dari Rayhan yang terlihat berbeda dari biasanya. Senyumnya tak setulus dulu, Sena tahu pasti hal itu. Sena tidak pernah tahu jika Ridho dan Rayhan itu saling kenal.

"Kok lo disini, Ray? Lo kenal sama Ridho?" Tanya Sena---mengulang serta menambah pertanyaannya.

Eza, Vino dan Bima ikut masuk ke dalam rumah, kemudian mengambil posisi selonjoran di atas karpet yang sengaja dibentangkan di ruang tamu Ridho sebagai pengisi kekosongan ruangan.

"Eum---itu, Sen. Rayhan sama gue dulu temen sekelas waktu SMP. Teman sebangku juga. Dia baru tahu gue sakit, makanya langsung jengukin gue disini," jawab Ridho. Rayhan mengangguk sebagai tanda setuju.

Sena hanya diam sambil menatap keduanya bingung. Ia baru tahu jika Rayhan dan Ridho saling kenal dan menjalin pertemanan sebelumnya. Apalagi Ridho tak pernah sekalipun menyebut tentang Rayhan selama berteman dengan Sena. Rayhan juga begitu.

"Gitu, ya? Gue baru tahu lho kalo kalian temenan," ujar Sena tiba-tiba---setelah selesai bergelut dengan pikirannya sendiri.

Ridho tersenyum tipis. "Gue nggak pernah cerita sih."

Eza berdeham, mencairkan suasana yang entah kenapa, semakin lama menjadi hening dan diselimuti kecanggungan. Berbeda seperti perjalanan ke rumah Ridho tadi, Sena banyak bicara. Namun, sekarang, cewek itu terlihat sibuk memikirkan sesuatu.

"Dho, ada minum nggak?" Tanya Eza, diangguki Bima.

"Ada dikulkas. Ambil aja nggak usah sok jaim lo, biasanya juga main nyelonong ae," jawab Ridho dengan tatapan malas.

Eza langsung menyengir lebar. Sejurus kemudian, ia bangkit dan berlari-lari kecil menuju dapur, disusul Bima yang mengikutinya dari belakang, meninggalkan Vino yang mulai hanyut dalam game diponselnya, serta Rayhan, Sena dan Ridho yang saling melirik.

"Eung, kalo gitu gue cabut dulu. Soalnya ada janji sekarang." Rayhan tiba-tiba berdiri dari duduknya sembari melihat jam diarlojinya.

"Lah? Baru juga gue sampai ini," balas Sena.

Rayhan tersenyum tipis. "Janjinya penting, sorry banget ya?"

Sena mengangguk. "Ya udah, hati-hati," ucap Sena sebagai balasan.

Tidak berlama-lama lagi, Rayhan langsung pergi setelah berpamitan dengan kawan-kawan Sena yang lain. Tak terlupa Rayhan melakukan tos ala anak muda zaman sekarang dengan Ridho. Pandangan mata Sena mengikuti Rayhan sampai cowok itu keluar dari rumah dan menghilang dengan motornya---keluar dari area rumah Ridho.

"Nggak nyangka gue, lo ternyata temenan ama Rayhan. Sempit banget dunia gue," ujar Sena membuka suara setelah hening beberapa saat. Ia melirik Vino yang masih terlihat sibuk sendiri dengan ponselnya.

Ridho tersenyum tipis. "Gue emang nggak cerita sih. Sorry, Sen," ucap Ridho.

"Keadaan lo gimana? Perut lo masih sakit?" Tanya Sena dengan mata tertuju ke arah perut Ridho.

Ridho memegang perutnya, lalu menepuknya pelan. "Kadang sih nyeri kalo gue banyak gerak atau ketawa," jelas Ridho.

"Kalo jalan buat ambilin gue minum bisa nyeri gak?" Tanya Sena tanpa ekspresi, membuat Ridho kebingungan. Sena menatap Ridho, hingga membuat cowok itu akhirnya berdiri untuk mengambilkan Sena minum---seperti yang Sena bilang. Namun, belum sempat sepenuhnya berdiri, Sena langsung menahan tangan Ridho dan membawanya duduk kembali.

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang