26

7.3K 570 72
                                    

Double up cuy ehe:)

***

Seperti yang sudah direncanakan, Sena dan Farhan bersiap pergi tepat pukul dua belas malam. Farhan sebenarnya masih rada bingung kenapa mereka keluar untuk cari makan ditengah malam begini. Karena ia sudah tahu kalau Sena benci orang yang banyak tanya, akhirnya Farhan mengikut saja. Farhan sebenarnya sedikit mengantuk karena ia tidak sempat tidur seperti Sena. Namun, lapar diperut harus diprioritaskan.

Farhan memakai hoodie putihnya lalu menyusul Sena yang sudah lebih dulu keluar dari rumahnya dan menunggu Farhan di depan.

"Ayo!" Ucap Farhan.

Sena memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie, kemudian mengangguk pelan. Cuaca pada tengah malam begini memang dingin. Dinginnya juga menusuk, apalagi jika ada angin. Sedikit saja angin berhembus bisa bikin bulu kuduk meremang.

"Dingin banget gila," keluh Farhan yang ikut memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie-nya. Sena hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus pada jalan di depannya. Menyusuri jalan kecil yang sudah sepi rasanya tidak terlalu menakutkan karena ada Farhan. Sebenarnya mau tidak ada Farhan pun, Sena sudah terbiasa dan tidak takut. Hanya saja suasananya menjadi tidak terlalu mencekam.

"Sen, orang-orang disini kebanyakan kerjanya dimana?" Farhan membuka topik obrolan karena daritadi mereka hanya berjalan dalam keheningan. Sena juga orang yang tidak terlalu suka mencari topik duluan.

"Buruh pabrik, tapi nggak semua. Beberapa ada PNS juga, kaya guru."

Farhan mengangguk paham. "Lo dikenal banget ya sama orang-orang disini?" 

"Lumayan. Soalnya gue sama anak-anak biasanya bantuin bersih-bersih.  Jadi gue sama anak-anak dikenal warga sini."

"Oh. Gue pengen nanya lagi, tapi lo jawab jujur, ya?"

Sena diam sejenak, sedikit ragu. Ia agak takut kalau Farhan bertanya macam-macam. "Nanya apaan?"

"Lo kenal sama Fathur darimana?"

Sena lega karena pertanyaan Farhan bukan pertanyaan yang sulit. "Gue nggak sengaja ngeliat Fathur lagi duduk sendirian di emperan toko depan situ malam-malam. Karena gue penasaran dia ngapain disitu, ya gue datangin. Awalnya sih dia nyebelin waktu gue tanya, tapi lama kelamaan nggak. Itu aja sih," jawab Sena seadanya. Cuaca tengah malam yang dingin memaksanya untuk mempercepat langkah.

"Emang nyebelin tuh anak. Terus, dia bilang apa lagi? Itu kejadiannya malem?"

Sena mengangguk. "Nanti aja lanjut tanyanya di pecel lele." Sena langsung menarik tangan Farhan agar mempercepat jalannya.

Tanpa sadar, Farhan tersenyum.

***

"Mau makan lele, ayam, atau nasi goreng?" Sambil melihat menu di warung pinggir jalan tempat mereka makan, Sena menawarkan pada Farhan.

"Nasi goreng ayam yang mirip lele ada nggak?"

Sena mendengkus, lalu tersenyum paksa. "Bukan saatnya melawak. Gue laper, cepetan deh," balas Sena datar.

Melihat Sena kesal entah kenapa membuat Farhan terus-terusan ingin mengganggu cewek itu. Farhan terkekeh pelan lalu berpikir sebentar. "Ayam aja deh."

"Paha atau dada?"

"Dua-duanya. Tapi nasinya seporsi aja."

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang