57

3.2K 434 168
                                    

Kangen gak? Wkwkwk

***

Sena tidak tahu harus bereaksi bagaimana ketika melihat motor yang sangat familiar terparkir di depan cafe yang Farhan beritahukan tadi. Itu bukan motor Rayhan, bukan motor Ridho pula. Namun, itu motor Ferdinan yang Sena lihat kemarin.
Dengan hati-hati, Sena mencoba mengintip ke dalam.

Tentunya ia tidak mau memperlihatkan dirinya dan akan mendengar pembicaraan mereka secara sembunyi-sembunyi.
Sena melepaskan hoodie yang dipakainya karena itu bisa membuatnya terlihat mencolok ketika memasuki cafe nantinya. Ia juga bersyukur banyak orang yang berlalu-lalang, masuk keluar cafe itu. Dengan begitu, mudah bagi Sena menyelundup masuk ke dalam tanpa ketahuan.

Sebelum masuk, Sena menarik napas panjang, menenangkan degupan jantungnya yang mulai berdetak tak karuan. Sena berharap, Ridho ada di dalam sana.

Perlahan namun pasti, Sena melangkahkan kakinya memasuki cafe. Dengan wajah menunduk—memperhatikan langkah kakinya sendiri yang menuju ke sudut ke cafe. Beruntung, ada seseorang yang baru masuk ke dalam cafe, yang membuat tubuh Sena tidak terlalu kelihatan.

Mata Sena melirik sedikit, mencari dimana keberadaan Ferdinan, Ridho ataupun Rayhan. Sena cemas, takut ketahuan jika ia sedang berada disana—membuntuti mereka.

Beruntung, masih ada tempat kosong yang lumayan dihalangi dengan tiang.

Ketika Sena sudah mendudukkan dirinya, matanya langsung bergerak, menelisik ke sekeliling. Sorot matanya yang tajam menyorot ke sudut. Bersamaan dengan gerakan kepalanya yang berhenti, matanya memicing ketika dari tempatnya sekarang, ia melihat Ridho sedang duduk bersama dengan ... Rayhan dan seorang perempuan.

Sena berharap suasana menjadi hening. Dengan begitu, ia bisa mendengar apa yang mereka sedang bicarakan. Sena sempat speechless karena tak menyangka Rayhan memang ada dibalik keanehan Ridho beberapa hari ini. Dari tempatnya duduk sekarang, Sena mengawasi dalam diam.

Ketiga orang itu masih tidak menyadari keberadaan Sena dan tetap hanyut dalam percakapan yang masih Sena tidak tahu apa itu.

Rasa penasaran Sena sudah bercampur dengan rasa cemas dan muak melihat kelakuan busuk Rayhan selama ini.

Mata cantik milik Sena kian menajam ketika menyadari Rayhan dan Ridho tengah bersalaman, seolah sedang menyepakati sesuatu. Tangan Sena mengepal kuat, sudah cukup Rayhan membuat sahabatnya itu celaka dan kini ia seolah-olah berkuasa diatas Ridho, mengendalikan apa yang harus Ridho lakukan. Sena menipiskan bibirnya, sudah tidak bisa membendung kemarahannya. Lantas, Sena bangkit dari duduknya dengan sedikit menggebrak meja. Dengan langkah pasti, ia berjalan menghampiri Ridho, Rayhan dan seorang perempuan.

“Ternyata lo jauh lebih busuk dari sampah ya, Rayhan.”

Suaranya pelan, namun tegas. Sena berdiri beberapa langkah dari meja yang mereka tempati. Senyum miris tercetak diwajahnya.

Rayhan terbelalak, bahkan terlonjak dari tempat duduknya kala suara Sena terdengar. Begitupula dengan Ridho yang langsung memutar kepalanya ke belakang dengan wajah kagetnya, tidak percaya jika di belakangnya kini berdiri seorang Sena yang baru saja melipat kedua tangannya di depan dada.

“S—Sena?” Rayhan tergagap, bola matanya bergerak gelisah.

“Cih, kaget banget lo gue ada disini. Kenapa? Lo keciduk ngebodohin temen gue?” Sena tersenyum miring. “Sayangnya penjelasan apapun yang bakalan keluar dari mulut lo nggak bakalan gue percaya lagi barang satupun,” ucap Sena.

Rayhan langsung berdiri dari duduknya, menatap penuh rasa bersalah pada Sena. “Sen, gue mohon, ini nggak seperti yang lo lihat dan pikirin.”

“Halah bullshit!” Sena menyambar. “Ternyata kelakuan lo nggak sebaik muka lo, ya. Gue masih nggak percaya, seorang Rayhan yang gue kenal selama ini ternyata jahat banget dan jago ngedrama. Ternyata semua temen gue jadi kaya gini karena lo.”

“Sen, gue bener-bener nggak tahu dan lo jangan salah paham! Disini banyak orang, Sen. Please, kita bicara di luar, ya?” Rayhan memohon.

Sena tertawa lantang. “Kenapa? Gue dari awal udah curiga sama lo, Ray. Lo tahu nggak, Ridho hampir mati gara-gara ditusuk sama saudara lo, dan lo dengan seenaknya ngehasut temen gue biar nyabut tuntutannya dipolisi demi ngebebasin penjahat seperti saudara lo itu? bahkan orangtua Ridho nggak percaya Ridho bakalan kaya gitu. Hasutan model gimana yang lo kasih ke temen gue sampai dia mau nurut sama lo, hah?!” Sena maju, menatap wajah Rayhan dari dekat dengan tatapan penuh kebencian.

Perhatian orang-orang di dalam cafe langsung terpusat pada mereka.

Ridho menunduk, tidak berani melihat wajah Sena saat ini yang dikuasai amarah.

"Ancaman apa yang lo kasih ke temen gue, hah?! Jawab gue, brengsek!" Sena sudah habis kesabaran. Wajah penuh bersalah yang Rayhan pasang membuatnya semakin muak.

"Sena, udah, Sen." Ridho berdiri, menatap penuh harap ke arah Sena.

"Lo gila ya, Dho? Lo diginiin tapi diem aja? Lo nggak nyadar kalo lo dibodohin, hah?" Sena berusaha mengontrol emosinya ketika berbicara dengan Ridho.

"Sen, biar gue jel---"

"Udah cukup. Topeng lo udah terbuka, Ray. Nggak nyangka gue, lo sejahat ini. Busuk lo tahu nggak?" Sena menyeringai sinis. Sena lantas menoleh pada Ridho yang berdiri menatapnya dengan bibir tertutup rapat. "Dho, kasih tahu gue sekarang apa yang Rayhan bilang ke lo atau kita berhenti kenal detik ini juga."

Ridho kaget bukan main. Bola matanya membesar. Rasa panik langsung menyerangnya. Berhenti berteman dengan Sena merupakan mimpi buruk. Jangankan berhenti berteman, tidak berkomunikasi seharian saja bisa membuatnya gelisah.

"Jawab, Dho!"

Ridho melirik Rayhan yang menatapnya cemas dan penuh harap. Tersirat pesan jika Rayhan melarang untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Rayhan ... Rayhan memang ngancam gue, Sen ..."



TBC


ASTAGA 4 BULAN HIATUS AKHIRNYA UPDATE:)

Pertama, maaf kalo chapter ini pendek, soalnya greget pen update sekarang wkwk.

Kak, kemana aja selama ini? Kok baru update?

Sibuk dengan real life:)
Jadi anak teknik bikin waktu luangku buat menulis terkuras habis karena praktikum dan laporan wkwk. Sekarang siangku jadi malam, malamku jadi siang, alias aku jadi kelelawar.

Sekarang aja masih terlilit tugas sebenarnya, bukan terlilit hutang ya wkwk.

Oke deh skip. Buat kalian yang masih setia nungguin cerita ini, terima kasih banyak ya. I love you 3000❤️

I Am Not A Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang