Ini lanjutan dari Messiah
Sowwyyyyy jika beberapa hari ini angst muluk
Salahkan pada Gdoc yang menyortir ceritanya
\☆/
"Gua mimpi nih" Halilintar berucap diruang putih tampa ada apa pun selain dirinya. Dia mendengar langkah kaki dari belakangnya. Halilintar ingin memutar tubuhnya tapi tidak bisa.
"Yo, Thunder boy!" Dari suaranya aja Halilintar tahu siapa yang di belakangnya.
"Gitu ya sama kakak sendiri. Gua coret lu dari KK"
"Yeuh, emang bener ucapan lu"
"Apaan sih?" Baru juga muncul dibuat bingung dirinya, emang deh nih bocah sukanya ngasih pr kek guru.
"Dih, seharusnya gua ketemu ama Abang Thornie aja... tapi gue nggak tega"
"Plin plan lu njir. Sapa juga nyuruh lu mampir ke mimpi gua" jujurly Halilintar agak tenang mendengar suara Solar... walaupun dalam mimpi. Nih orang sadar kalau dia lagi bermimpi, hebatkan?
"Heleh, bilang aja lu sebenernya khawatir ama gua"
"Semuanya khawatir, bukan gua aja"
Keduanya terdiam. Tawa kecil Solar membuat Halilintar ingin menyeledingnya.
"Lu dimana sih? Pusing gua nyariin"
"Gua? Well, gua ditempat nan jauh disana. Nggak usah dicariin gua. Nggak ada gunanya juga. Ngehabisin waktu kalian buat nemuin Fatebot"
"Lu pingin gua kena getok Gempa gitu?"
"Iya"
"Ban*** bener punya adek"
"Gua nggak dengerin gua ganteng~"
"Jawab yang bener Sol, lu dimana?" Tekanan dalam nada bicara Halilintar membuat orang dibelakangnya terdiam.
"Udah kalian nggak usah khawatir ama gua. Gua dah baik baik aja"
Wajah Halilintar berubah kusut.
"Apa susahnya sih ngasih tahu lokasi?!"
"Sabar bang ini gua mau ngasih tahu lu lokasi Fatebot"
"Gua nanyak lokasi lu govlok bukan lokasi si bola"
"Dih kepo" sebuah kertas berada disamping Halilintar yang terduduk, capek cuy berdiri terus.
"Sol—"
Yang dipanggil menyandar dirinya di punggung Halilintar.
"Denger baik - baik Gledek. Gua hanya ngucapin ini sekali. Gua titip salam ama semuanya"
"Nggak Lu—"
"Kasih tahu bang Upan kalau hoverboardnya dah selesai, gua sembunyiin di gudang maunya jadi kado buat dia.... welp nggak sempat ngasih gua. Btw, omongin ke mam gem selalu ngamuk ke lu semua... tapi jaga darah tingginya juga. Buat si kompor jan stres banget, soalnya sekarang nggak ada yang nemenin dia buat jalan - jalan..." nada bicaranya bergetar.
"Nggak gua nggak te—"
"Omongin ke kang molor supaya lebih banyak gerak. Nanti kalau lumpuh kan jadi beban. Buat Abang Thornie... bilang maaf ke dia. Karena nggak sempat melunasi janjinya"
"Stop stop gua nggak terima! Lu dimana?!"
"Berisik bet dah lu Bang! Tenang napa sih! gua dah ditempat yang baik puas?!"
Halilintar terdiam seribu bahasa.
"Jan mikir aneh - aneh bang. Gua tahu kalok lu mesti yang memikul tanggung jawab besar. Tapi kali ini gua yang salah. Jadi jan nyalahin diri lu"
"Nggak nggak mungkin bangs***! NGGAK!"
"Gua sayang lu semua. Gua nyamperin kesini cuman mau ngucapin itu doang. Euh capek bener. Dah ya gua mau pergi dulu"
"Lu mau kemana?! Tempat lu disini bareng kita!" Tetesan air mata membasahi wajah Halilintar.
"Hadeh, Bunda dah manggil Bang. Nanti kalau dah waktunya juga kita ketemu lagi"
"Tunggu Sol! Jangan pergi! Gua nggak ikhlas!"
"Wey jangan kek gitu dong! Sadis amat sih lu jadi Abang!" Cahaya putih mulai menyilaukan penglihatan Halilintar. Dia sudah berusaha membalikkkan badannya berkali - kali. Dan kini dengan sekuat tenaga dia berbalik dan berpas pasan dengan Solar yang menatapnya.
"Kak. All of you're the best brother I have. I love you all" senyum lepas Solar mengantarkan Halilintar pada realita.
"Kak! Kak Hali!" Tubuhnya diguncang oleh Gempa dan Taufan. Halilintar juga melihat kembarannya yang lain dan rekannya.
"Gem?"
"Kak kenapa kakak menangis?" Hayo siapa yang nggak panik melihat si gledek yang biasa nol ekspresi tetiba sesegukan dalam tidurnya.
"A-ak-aku..." Halilintar mengingatnya. Pertemuannya dengan Solar.
"Aku ketemu Solar dalam mimpi"
"Dia muncul di mimpi bang Hali?!"
"Dia ngomong apa?"
"Ngapain kalian?"
Informasi ini membuat kembaran yang lain tertarik.
"Dia... dia..."
"Kak jangan terbata bata kek gitu, aku ngeri ngelihatnya" Taufan berusaha ngelawak saat suasananya menjadi makin tak enak.
"Dia pamit Gem. Dia pamit mau ketemu Bunda" ucap Halilintar lirih menatap Gempa. Mendengar itu tangan Gempa gemetar hebat.
"Nggak mungkin"
"Itu cuman mimpi! Jangan percaya!" Blaze berteriak paling keras. Tidak terima dengan ini semua.
Di saat semuanya saling menolak perkataan Halilintar, sang pemilik nama melihat selembar kertas yang sempat dituliskan oleh Solar di sampingnya. Tertulis disana sebuah koordinat dan tiga kata.
"Aku sayang kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy Short-Fanfic AU Season 1 [Complete]
FanfictionJudul awal "Boboiboy Kakak Beradik Elemental Story" Berisi short-fanfic Boboiboy, elemental, dan kawan - kawannya dari berbagai AU Dikarenakan ide Author sangat banyak dan butuh tempat peluapan, maka book ini dirombak dan diperbaharui menjadi sepert...