Angan (2)

563 69 14
                                    

Kamar bernuansa biru itu lama - lama menyakitkan mata saphire Solar. Solar bergegas untuk menyiapkan diri, membuka pintu dengan kasar dan berpas - pasan dengan Gempa.

"Selamat pagi Taufan" ucap Gempa dengan senyum simpul terpatri pada wajahnya. Solar (Taufan) mendadak terdiam. Tak tahu caranya bagaimana menyapa Gempa dengan tubuh Taufan.

"Ah emmm, pagi Gem" senyum awkward muncul.

"Kau tak apa Taufan?"

"Ya?"

"Kau sedang memikirkan untuk menjahili Halilintar ya?"

'Apakah sebegini jele*nya wajah Taufan hingga bisa ditebak?'

"Mungkin?" Solar menyudahi perbincangan mereka dengan segera menuju kamarnya. Gempa hanya mengangkat bahunya dan mulai mempersiapkan sarapan mereka.

Tanpa permisi Solar langsung membuka pintu tanpa bertanya ke pemiliknya. Lagipula itu ruangannya!

"Beri aku satu penjelasan supaya aku tidak menjadikanmu kelinci percobaanku"

Yang ditanya terkaget dan malah cengengesan menggunakan TUBUHNYA!

"Jangan tertawa bodoh seperti itu! Gunakan ekspresi datar!"

"Ya ampun baru pertama kali aku melihat diriku sendiri memakai ekspresi kek mau bunuh"

"Ya aku ingin banget mencekikmu selepas tubuh kita kembali"

"Kenapa nggak sekarang?"

"Otakmu didengkul? Itu tubuhku, mana mau aku menyakiti diriku sendiri" walaupun sebenernya ada beberapa bekas luka dari Tuannya yang tak akan pernah pudar sampai Solar sebagai elemental menghilang.

'Sial! Aku baru mengingatnya!' Solar bernafas lega saat Taufan masih menggunakan sarung tangan yang dibuatnya selepas, Boboiboy mengatifkan dirinya lagi. Semesta akan mengutuknya jika kejadian seratus tahun yang lalu akan terjadi hanya karena dirinya tak menggunakan itu.

Wajah tubuhnya memayun, alias Taufan berusaha jadi cute membuat Solar illfeel sendiri melihatnya.

"Jadi bagaimana ini Solar? Kita harus berakting?"

"Sebelum kesana, kau berharap sesuatu pada wishbot itu kan?"

"Nggak"

"Jangan berbohong. Suatu keinginan tak perlu diucapkan, kau hanya perlu membatin saja sudah memenuhi syaratnya"

Taufan terdiam setelah itu seperti tersadar akan sesuatu.

'Tuh kan'

"Waduh gimana ini Sol?! Nggak mungkin selamanya aku menjadi dirimu kan? Bagaimana nanti kalau Boboiboy memanggil kita?"

"Kenapa kau baru bertanya konsekuensinya, sebelum berharap kemaren?"

"Aku.... hanya ber-angan saja"

Dan ekspresi yang paling tidak Solar sukai dari dirinya sendiri muncul. Wajah itu. Wajah penyesalan yang selalu menghantuinya dikala bercermin.

'Ughhhhhhhhhhhhh kenapa harus masalah seperti ini?'

"Hey, Solar aku pernasaran. Mengapa kamu menggunakan sarung tangan saat tidur?"

Tuh kan pertanyaan itu muncul. Pertanyaan yang Solar sendiri nggak mau menjawabnya. Bagaimana jadinya jika mereka tahu yang sebenarnya? Bahwa dialah yang merenggut mereka dari Tuan mereka yang dulu.

"JANGAN DILEPAS!" Teriak Solar saat Taufan malah ingin melepas sarung tangan itu.

Tak tahukah Taufan segimana kalutnya elemetal cahaya yang ada ditubuhnya saat ini? Tak tahukah dia bahwa hampir saja membuat bencana besar terjadi?

Solar dibuat pusing dengan ini.

Solar tahu ekspresinya saat ini sangatlah bertolak belakang dengan apa yang selalu dia gunakan. Solar ingin merutuki dirinya sendiri berteriak sekencang tadi akan memancing para elemental lain muncul kesini.

"Kenapa?"

"Ck, berjanjilah. Saat melakukan apapun jangan kau melepas sarung tangan itu"

"Baik, aku berjanji. Tapi kenapa?"

Solar hanya diam tak menjawab.

"Ada apa sih pagi - pagi dah ribut?"

Benarkan tebakan Solar, Ice yang biasanya tidur saja sampai harus kekamarnya untuk memeriksa apa yang terjadi.

'Hahhhhh semesta pasti sedang membalaskan dendamnya padaku'

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 1 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang