Sakit (3)

1.2K 110 22
                                    

Ini beda AU okey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini beda AU okey. Tidak ada sangkut pautnya dengan book yang aing garap

⚡☀️⭐

"Supra!"

Mungkin itu kali pertama Supra melihat wajah khawatir Solar dan Halilintar sebelum kesadarannya pergi entah kemana.

Halilintar dengan sigap menopang tubuh Supra yang ambruk, bingung dengan apa yang dia lihat.

Seorang Supra, fusion terkuat, bisa tumbang? Perkara apa yang bisa membuat orang sekaliber Supra tak sadarkan diri?

Solar kaget. Dia baru saja ingin mengumbar hasil eksperimennya pada fusion yang memiliki spek otak seperti dirinya.

"Kenapa dia?" Halilintar melirik Solar. Dia tidak tahu harus digimanakan ini.

Nafas Supra tak teratur dan semburat merah menghiasi wajahnya.

"... dia sakit"

"Ha???"

Welp, terdengar sangat sangat tidak masuk akal tapi benar terjadi.

Halilintar maunya menggeletakkannya di lantai ruang latihan tapi tak jadi saat Solar menatapnya 'berani-kau-lakukan-ku-laser-kau'

"Terus aku harus gimana?"

"Bawa lah ke kamar!"

Ya, disinilah Halilintar tengah memandang Supra yang berkeringat akibat panas tubuhnya naik, di kamarnya.

"Dimana si bohlam itu?"

Halilintar sempat meraba kening Supra sekilas, sebelum menarik tangannya cepat karena serasa sepeti terkena tembakan gerhana milik Solar.

"Haisshhhh"

Halilintar mencopot jaket (?) Supra dan membiarkan kaos/baju/apalah itu melindungi dadanya. Perhatiannya beralih pada air baskom yang baru saja dia ambil lalu menempelkan handuk yang dicelupkan air itu ke kening Supra.

"Fusionpun bisa sakit? Benar - benar mengherankan"

Halilintar mendiamkan tangannya pada kening Supra (beralaskan handuk) sebentar lalu menariknya, eh tapi ternyata ada yang menahannya.

"A...ayah?"

'Haaaa??????' Jika Halilintar bisa OOC mungkin kali ini dia terciduk melakukannya.

"A-apa?" Halilintar menjawab reflek. Ya, rasanya seperti tanggung jawab, tapi nggak juga.

"A... ayah... jangan... pergi..."

'Mengigaukah nih bocah?'

Tangan Halilintar sampai sakit diremat Supra.

"I-iya. Aku tak kemana - mana" dan Halilintar benar - benar melakukan itu (secara terpaksa).

Hingga si bohlam yang dia tunggu muncul sambil membawa obat.

"Kau... kenapa?"

"Masih ditanya?" Halilintar menunjukkan tangannya yang digenggam.

"Ppffttt—"

"Jangan ketawa atau kusetrum kau"

"Setrum lah, tak takut pun aku"

"Kau—"

Gerutuan terdengar dan mereka mendadak diam.

"Giliran kau yang menjaganya"

"Lah kok?!"

"Bodoh amat, aku mau latihan"

Dan Halilintar main meninggalkannya begitu saja.

"Dasar maniak latihan"

Malamnya Solar dibuat kaget dengan Supra yang memanggilnya dalam tidur.

"Bun... Bunda..."

Baru kali ini Solar mendengar Supra memanggilnya seperti itu. Fusionnya dengan guntur itu lebih memilih memanggilnya Tuan Solar dan Tuan Halilintar ketimbang memanggil mereka dengan sebutan aneh (afeksionis) seperti fusion yang lain.

Mungkinkah sebenarnya dia juga ingin melakukan hal yang sama namun egonya yang mengurungkan niatnya? Solar menebak jika itu ego Supra yang luar biasa tinggi. Kombinasi egonya dengan si gledek itu mungkin berdampak 2x lebih buruk pada Supra.

"Hmmm..."

"Bun... Supra... salah apa?"

"..."

"... kenapa... kalian tidak menyukai Supra?"

Solar jadi berpikir mungkinkah ini yang dipikirkan Supra selama ini? Yang selalu ia ingin tanyakan tapi takut dengan jawabannya? Bahkan sampai terbawa ke alam mimpi?

"Aku..."

Solar tak punya alasan untuk membenci fusionnya sendiri, meskipun itu dengan orang yang tidak ia sukai sekalipun.

"Mengapa ya?... mungkin kau mengingatkanku pada diriku? Lucunya, aku tidak menyukai diriku sendiri" Solar membelai dengan lembut kepala Supra. Yah... benar juga... Supra tak pernah salah. Mungkin dia yang salah.

"Maaf, jika kau berpikir seperti itu... aku... bukan orang yang afeksionis... tapi aku menghargai keberadaanmu. Mungkin selama ini... aku melihat diriku di dirimu bukan dirimu yang sebenarnya. Mau bagaimana pun kau Supra gabunganku dan Hali. Keberaanmu dibutuhkan. Jadi jangan terbebani dengan itu lagi Supra"

Tengah malam Halilintar balik kekamarnya menemukan sebuah adegan yang... mungkin membuat elemental lain berawww ria jika melihatnya.

Solar dalam tidurnya memeluk Supra. Menyenderkan kepalanya pada rambut Supra. Sedang seluruh tubuh Supra berdempel langsung dengan Solar, mencari rasa aman yang selalu ia impikan.

Halilintar jadi pingin kabur dari kamarnya sendiri. Nuansa ini sungguh bukan tipenya. Tapi si petir makin mendekati dan membelai kepala Supra.

"Hmmm sudah tidak panas"

"Don't you want to join us?"

'Sejak kapan dia bangun?!'

"Emm.. mana cukup"

Supra menatapnya dan Halilintar menatapnya.

"Baiklah" hey lagipula ini kamarnya dan dua makhluk ini numpang dikasurnya.

Halilintar merebahkan diri disamping Supra yang masih kosong.

Semalaman yang Halilintar lakukan dikamarnya adalah menonton Supra dan Solar tidur.

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 1 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang