Hai!
Selamat membaca part 35!
Selamat menyaksikan kelanjutan kisah mereka. Don't forget to tap the star and comment!Ayo vote nya yu! Comment juga atuh, sepi bgt, padahal matanya rame. Tinggal pencet bintang aja.
Enjoy 😼
Minggu, 29 Mei 2022
______________Tiga hari kemudian.
Keadaan tak ada perubahan. Lyodryn masih setia menunggu lelaki itu membuka matanya lagi. Tak banyak, dan tak ada yang bisa dia lakukan kecuali berdoa. Tak ada kemajuan, dan semuanya tetap sama.
Lyodryn selalu berkata, bertanya apakah lelaki itu tak lelah? Terus menerus terdiam tanpa bicara? Terus terpejam tanpa melihat? Dan terus berhenti tanpa bergerak.
Hanya tangis yang dia keluarkan di hari-hari terakhir ini. Tak ada senyum yang Arka katakan manis itu. Ya-- Lyodryn kelabu tanpa Arka. Warna nya hilang, pudar, dan-- tak ada mencerahkan hari-harinya lagi.
"Huh."
"Kamu masih betah kayak gini ya? Aku masih nungguin loh," gumam Lyodryn.
Hatinya menangis. Kapan Arka terbangun lagi?
"Tiga hari kamu diemin aku. Aku lebih rela kamu ngambek kayak kemarin-kemarin, Ka. Daripada harus diam terus kayak gini, sampai-sampai gak mau lihat aku."
"Aku rindu."
Lyodryn melihat kearah jam di tangannya. Sudah jam Nabila pulang sekolah. Asta bilang akan sekalian menjemput gadis itu dan akan kesini lebih dulu.
"Aku ke depan ya. Aku mau tunggu Bila dulu."
Lyodryn berjalan ke luar ruangan. Menunggu Nabila di luar sana. Saat setelah keluar dari dalam, Lyodryn bertemu dengan seorang suster.
"Suster," sapa Lyodryn.
"Saya izin untuk ke dalam sebentar ya, Bu. Ada yang harus di cek," ucap suster.
"Iya, sus."
Tak lama setelah suster itu masuk ke dalam ruangan Arka. Nabila datang bersama, Reynhar, Asta, Raihan, dan Astara.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Bunda, ayah gimana?" tanya Nabila.
Lyodryn tersenyum tipis. "Belum ada perubahan, sayang. Doain yang terbaik untuk ayah aja ya," sahut Lyodryn.
Nabila termenung. Kenapa ayah nya tak kunjung sadar hingga hari ini? Padahal setiap kali akan pulang sekolah, Nabila selalu berharap jika saat dia pulang, ayahnya sudah sadar dan bisa mengobrol dengannya lagi. Apa mungkin ayahnya tak rindu padanya?
"Bila kangen ayah," lirih Nabila.
Lyodryn sesak mendengarnya. Dia tahu anaknya ini pasti merindukan Arka, sama seperti dirinya sekarang. Tapi--tetap saja, tak ada yang bisa di lakukan. Rindu hanya sebatas rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ UNTUK ARKANA
Romance"Kembali ke rumah, Ly. Aku butuh kamu," pinta Arka. ••••••••••• Semua yang di pertahankan sembilan tahun itu hampir saja selesai, hanya karena satu malam. Arkana terlalu lalai, terlalu sembrono dengan perkataann...