Part 36

4.4K 309 3
                                    

New berjalan menghampiri Tu terlebih dahulu. Tu menggelengkan kepalanya, dia benar-benar sudah tidak kuat lagi. Setelahnya, New menarik kursi dan selanjutnya New meletakkan gunting dan beberapa obat di sampingnya.

Melepaskan sumpalan di mulutnya agar dia bisa mendengar jeritan indah dari korbannya. "Tenang saja, nanti gue obati kok." Ucap Win seraya tersenyum.

Layla yang berada di sebelah Tu menatap sang adik kasihan. New mengambil tangan kanan Tu, kemudian New mengambil gunting yang berada disebelahnya. Gunting yang New bawa memiliki mata pisau yang sangat tajam, tajamnya bisa memutuskan daging tanpa memerlukan tenaga, gunting yang langka yang hanya dimiliki 4 sahabat itu.

Dengan tanpa aba-aba New mulai menggunting satu-persatu jari tangan kanan Tu.

"AAAAAAA SIALANNN STOPPP AAARGGHHHH, HIKSSS GUE MOHONNN STOPPPPP!!" Teriak jerit Tu, New tetap santai melakukan itu tanpa beban. Layla sang kakak hanya bisa menatap iba sang adik.

Win, Krist, dan Gun mendengar jeritan Tu hanya bisa tersenyum. "Udah lama gak ngelakuin hal ginian." Ucap Krist.

"Iya, gue bosan langsung membunuh korban kita, apa-apaan gak ada sensasinya." Balas Gun.

Win tersenyum. "Gapapa, kita juga gak bisa memaksakan kan? Masa iya setiap kita ketemu penjahat, kita harus siksa dia? Males banget, mending langsung dibunuh." Ucap Win.

"Tapi ya Win, kalau kita langsung bunuh, gak ada sensasi kayak sekarang. Ya gue tau sih yang kita bunuh itu orang jahat, entah itu perampok, penculik, bahkan orang yang melakukan pelecehan terhadap perempuan. Gue pengen gitu, nyiksa mereka sampai mereka memohon ingin dibunuh." Ucap Gun. Win hanya tersenyum, sahabat satunya ini benar-benar mengejutkan.

"Lain kali boleh deh kita kayak gini, misalnya ada 10 orang yang kita temuin dalam sehari, boleh lah kita ambil setengahnya untuk disiksa." Ujar Win, Gun langsung memeluk sahabatnya itu.

(Kalian berempat boleh kali yak ke indo sini, banyak tikus tuh yang nakal)

Win membungkus tangan Tu dengan perban, aksi memotong jari tangannya sudah selesai. "Lihat ini, jari tangan lu." Ucap New seraya memberikan jari itu tepat di depan mata Tu.

"Orang stresss, bunuh gue sekarang sialan, bunuh gue aja!" Teriak frustasi Tu, New menggelengkan kepalanya.

New saat ini memandang ke arah Layla, memberikan senyuman manisnya. Layla langsung memalingkan wajahnya, melihat senyuman Win membuat bulu kuduknya merinding.

"Gue gak bisa bunuh kalian, yang mungkin bisa bunuh kalian sahabat gue. Tu makasih ya jarinya, buat gue kasih makan kucing gue." New berjalan dengan santai menuju tempat sahabatnya.

Tu dan Layla saling bertatapan. "Kak hiks, apa kita akan mati nanti?" Tanya Tu.

Layla melepehkan celana dalam yang sejak tadi menyumpal mulutnya. "Tenang aja ya Tu, tenang oke." Layla juga yakin mereka akan tamat hari ini.

Disisi lain, Bright sedang menemani Victor bermain mobil-mobilan. Sejak tadi Victor ingin keluar menemui sang mami. Bright menyuruh untuk Victor lebih sabar lagi, dia tidak ingin Victor melihat sisi lain dari maminya.

Bright saja baru tahu jika Win memiliki sifat seperti halnya psikopat, yang Bright tahu Win itu seseorang yang lembut dan perhatian dengan sekitarnya, dan sekarang Bright harus menerima lagi sifat Win yang lebih ganas.

Bright tersadar dari lamunannya karena suara pertanyaan dari Victor. "Papi, apa mami masih lama?" Tanya Victor.

"Mungkin sebentar lagi, kamu yang sabar ya sayang, kamu tahu sendiri kan, orang jahat itu gak boleh di abaikan. Mereka harus mendapatkan hukuman yang setimpal." Ucap Bright memberi pengertian pada Victor.

My Idol Is My Husband {BrightWin} (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang