10. That Day

327 23 0
                                    

Apa kabar?

Selamat membaca!

"Zora, kenapa kamu tega lakuin ini ke Bunda, Bunda sayang kamu tapi kamu jahat dan buat Bunda meninggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zora, kenapa kamu tega lakuin ini ke Bunda, Bunda sayang kamu tapi kamu jahat dan buat Bunda meninggal."

"Kakak, aku bahkan belum lahir. Tapi kenapa Kakak buat aku mati sebelum lihat dunia."

"Dasar pembunuh!"

"Pembunuh!"

"PEMBUNUH!"

"AAAAKKK!" aku terbangun dengan paksa setelah mengalami mimpi yang begitu nyata dan mengerikan. Saking nyatanya aku bahkan gemeteran dan berkeringat dingin.

Aku belum pernah bermimpi seperti itu, dan semua yang aku mimpi tadi adalah omong kosong. Aku tidak pernah membunuh bunda dan adikku, tidak pernah. Pasti ini karena kedua kakakku yang selalu meneriakiku dengan sebutan kotor seperti tadi sehingga terbawa ke dalam mimpiku.

Mataku beralih menatap obat tidur yang ada di nakas, apakah harus kuminum lagi?

Aku kembali berbaring dan menatap langit-langit kamarku yang kini dipenuhi dengan hiasan bintang yang menyala. Mimpi tadi membuatku mengingat kejadian empat tahun lalu, kejadian yang benar-benar mengerikan.

"Mati kamu!"

Dor!

"BUNDA!"

Kejadian itu yang membuat semuanya direnggut olehku, anak kecil yang malang kini mentalnya dirusak dan dipaksa memakai topeng kebahagiaan.

Kini aku menjadi lebih takut dan tidak bisa tidur, dengan cepat aku mengambil ponselku. Dari layar ponselku sekarang masih pukul 04.12, masih sangat pagi untuk bangun. Tapi aku terkaget ketika melihat tanggal yang terpampang jelas di sana, tanggal 23. Tanggal keramat yang membuat aku lebih menderita lagi, apa yang harus aku lakukan.

Dengan cepat aku bangkit dari tempat tidurku dan berlari keluar, tapi sialnya ada wanita tua itu yang menatapku dengan seringaian. Sepertinya dia tau apa yang aku pikirkan sehingga dia ada tepat saat aku ingin melarikan diri.

"Anda mau ke mana sepagi ini?" tanyanya.

Kukepalkan tanganku melihatnya, "gue mau pergi. Dan ini bukan urusan lo."

Dia tertawa kecil, "tapi kata tuan, tidak ada yang boleh keluar dari rumah ini."

Aku menatap bengis ke arahnya dan dengan cepat berlari dari sana. Aku mengira akan lolos darinya, dan perkiraanku salah. Ada dua orang bertubuh besar yang menghadangku dan dengan cepat mengangkatku pergi dari sana. Masing-masing dari mereka memegang pergelangan tanganku dan membawaku pergi dari sana, aku melayang dan hanya bisa meronta.

Smiley: I'm Okay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang