Selamat membaca!
Candra menghisap rokok yang berada di antara jari telunjuk dan jari jempolnya, membiarkan asap rokok masuk ke dalam paru-parunya lalu dia keluarkan secara perlahan.
Kakinya berjalan masuk ke dalam rumah yang tampak begitu mewah di depannya.
"Selamat datang tuan, Anda ingin makan malam." Sapa seseorang pria berbadan tinggi dan tegap, sambil mengikuti Candra masuk. Dia begitu senang pasalnya tuan mudanya baru kembali setelah sekian lama.
"Nggak usah."
Candra terus berjalan masuk kemudian menaiki lift yang berada tepat di depannya, tangannya menekan angka tiga dan pintu lift mulai menutup. Pria tadi juga mengikuti.
Candra kembali menyesap rokoknya, dia membiarkan pria tersebut terbatuk-batuk dan tidak memperdulikan keadaan lift yang sudah dipenuhi oleh asap rokok.
Candra melangkah kemudian masuk ke dalam suatu ruangan, dia berhenti ketika sampai di dalamnya. Candra menatap keadaan ruangan tersebut, dia menaikan ujung bibirnya.
"Cepat juga kerja lo, Robert."
Pria yang dipanggil Robert itu membungkukkan tubuhnya, "terima kasih tuan."
Candra membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya, dia berjalan duduk disebuah kursi besar bak singgasana.
Robert diam sambil menunduk, "apakah tidak bisa jika tuan membuatnya bertekuk lutut di hadapan Anda?"
Candra menghela napas, "kali ini gue maafin lo Robert, tapi lain kali jangan ikut campur."
Candra mengambil botol alkohol yang berada di meja tepat di sampingnya, kemudian meminum isi botol itu. "Petunjuk."
Robert menegakkan tubuhnya, "saya mendapatkan informasi bahwa ada sekitar lima orang yang masuk ke dalam rumah Nona Zora tapi mereka tidak mencurigai hal itu."
Alis Candra menukik dengan wajah serius sambil menatap ke depan, bagaimana sehingga mereka bisa masuk dan penjaganya tidak melakukan apapun. Keluarga Panca Akarsana sangat tertutup sehingga penjagaannya sangat ketat, tapi kenapa bisa sampai kebobolan dan tidak ada saksi mata di dalamnya.
"Teruskan."
"Baik, tuan muda. Orang yang rumahnya tepat di samping rumah Zora juga mengatakan mereka dibayar oleh seseorang untuk tutup mulut dengan uang milyaran, karena mereka melihat dengan jelas sesuatu yang terjadi."
"Mereka melihat lima orang tersebut menyelinap lewat dinding, dan salah satu orang di sana membawa kamera, kameranya jatuh dan tidak dapat ditemukan hingga sekarang."
"Sayangnya mereka telah mati sebelum saya mengetahui siapa lima orang tersebut."
"Bagus," Candra menyugar rambutnya kemudian bersandar pada kursi tersebut dengan mata tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiley: I'm Okay [END]
Random[Selesai revisi] Ikuti alurnya, nikmati prosesnya, rasakan sakitnya. Cerita ini tentang seorang gadis yang berusaha untuk keluar dari tuduhan keluarganya sendiri, dituduh sebagai pembunuh dan tidak dianggap sebagai keluarga. Tragedi yang menewaska...