35. Masalah

197 15 0
                                    

Selamat membaca!

"Untungnya ini cuma mimpi," gumamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untungnya ini cuma mimpi," gumamnya.

"Candra .... ini bukan mimpi." Ucapku yang membuatnya seketika membeku dengan wajah dan telinga memerah. Jangan lupa wajah terkejutnya, itu terlihat lucu.

Aku juga sama terkejutnya, bahkan heran. Dia menganggap ini adalah mimpi dan karena itu dia memberikan aku kecupan, dasar lelaki tidak sopan. Aku tidak tau aku harus marah atau tertawa sekarang.

Tanpa sepatah katapun dia mengambil tasnya dan berjalan keluar meninggalkanku.

"Candra! Candra, lo mau kemana?"

Tidak ada sepatah katapun yang dia ucapkan, kembali seperti itu, dan dia kembali meninggalkanku.

Aku menatap ruangan labirin itu dan bergerak cepat memasukkan semua buku-buku ke dalam tasku. Jangan sampai Candra menjauh, aku tidak tau cara untuk keluar dari labirin ini.

Aku berlari secepat mungkin ke arah jalan keluar dan menatap tiga jalan yang ada, bukannya tadi ada satu. Aku menguatkan hatiku lalu berjalan lurus saja dan mengikuti insting dan ingatanku.

"Candra, jangan tinggalin gue!"

Aku terus berjalan hingga aku harus berhenti secara paksa, tubuhku menegang.

"Jalan buntu?!"

Jadi di mana jalan sebenarnya, aku berbalik dan kembali berjalan. Tapi, Lagi-lagi aku harus dikejutkan dengan jalan yang telah membelah menjadi tiga, setiap aku berbalik pasti ada jalan yang lain di sana.

Aku menutup mataku, ada perasaan marah, takut, sekaligus sedih sekarang. Aku harus cepat-cepat keluar dari sini.

Aku sudah bertekad dan aku begitu lelah karena harus berjalan hingga jarum jam menunjukkan angka 16.30 sore. Aku sudah sangat lelah, lapar, dan dehidrasi. Aku tidak boleh pingsan di sini, jangan sampai tidak ada yang bisa menemukanku dan berakhir dengan aku yang menjadi arwah gentayangan di sini.

Aku menatap satu jalan yang belum pernah aku lewati, jalan ke arah kiri. Dari tadi aku melewati arah kanan karena aku pikir kanan lebih baik dari pada kiri. Otakku sudah terpenuhi dengan rasa sakit sekaligus rasa lapar hingga aku tidak bisa berpikir dengan jernih.

Aku memilih melewati jalur kiri yang membawaku lurus ke suatu tempat, hingga akhirnya aku berhasil keluar dari labirin yang penuh dengan jebakan itu.

"Gue udah gak kuat."

Dilain sisi ada Reynold yang tidak pulang dari tadi untuk mencari Zora.

"Dimana sih tuh anak curut, belum gue jitak nih kepalanya."

Reynold terus saja menatap ke dalam, dia sudah tiga kali memutari Sekolah untuk mencari Zora, tetapi dia tidak menemukan satu pun tanda bahwa anak itu ada di dalam. Padahal Reynold sudah bertanya pada satpam yang berjaga, dan satpam mengatakan bahwa Zora belum keluar dari sekolah.

Smiley: I'm Okay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang