Selamat membaca!
"Lelah juga, ya, jalan ke Sekolah," aku kembali menghela napas karena rasa lelah.
Aku tidak tau kenapa sehingga aku berinisiatif untuk bangun pagi dan berangkat sendiri ke sekolah dengan jalan kaki. Lihatlah sekarang masih pukul 05. 57. Awalnya aku ingin menghindar dari Papa dan tidak ingin menunggu Reynold, sekarang aku begitu menyesal.
"Haaa, sepi banget nih jalan. Apa gue telpon Kak Mada kali, ya," aku memang ikut jalan pintas agar bisa lebih cepat sampai ke sekolah. Dan sekarang aku harus terjebak dalam jalan sepi tanpa satupun kendaraan yang lewat.
Aku merogoh sakuku untuk mengambil ponsel dan mencari nama yang tertera di dalam list kontakku. Pada saat aku ingin menekan icon telepon jariku terhenti di udara, pasti Mada sedang sibuk.
"Jalan lagi lah, sedikit lagi juga sampai."
Saat aku ingin kembali berjalan ada motor yang aku kenal berhenti di depanku. Sang pengendara membawa motornya tanpa helm sehingga aku bisa melihat siapa orang itu.
"Naik," titahnya tanpa basa-basi.
"Tapi .... Candra," aku tampak canggung, dia bahkan tidak menatapku sekarang.
Dia berbalik kemudian menatapku dengan pandangan datarnya, "nggak mau?"
Aku tidak menghiraukan pertanyaannya dan malah terpaku pada wajahnya yang kini terlihat mengenaskan. Pinggir bibirnya sobek, dan juga luka lebam pada pipinya.
Apa yang membuatnya menjadi seperti ini?
Aku reflek mendekatinya, "lo gak pa-pa?"
Dia mengalihkan wajahnya ke depan, kemudian terdengar helaan napas darinya. "Lo buang-buang waktu Zora."
Dia kembali menyalahkan motornya hendak pergi, tapi aku bergegas mencekal tangan kanannya. "Tunggu!"
"Cepet!"
Aku berjalan ke arah kiri lalu memegang kedua bahunya, kemudian duduk diam diatas motornya. Setelah itu Candra menjalankan motornya membelah jalan yang sepi ini.
Beberapa menit dalam kecanggungan akhirnya aku dan Candra sampai di sekolah West Star. Aku turun dari motor Candra lalu menatapnya lama.
Candra juga ikut turun dan tanpa sepatah katapun dia berjalan meninggalkanku. Aku yang merasa sedang dikacangin berjalan di sampingnya. Apa alasan sehingga dia memperlakukanku seperti ini?
"Lo marah, ya?!
"Candra, gue ada salah sama lo?"
Tidak ada respon darinya, aku pun mengepalkan tanganku bertekat. Dengan tiba-tiba aku berdiri di depannya sambil merentangkan kedua tanganku, Candra yang tidak menyadari hal itu terus berjalan sehingga dia menubrukku.
Aku mengusap hidungku yang sakit karena terbentur dengan dadanya, itu dada atau batu, sangat keras.
"Kenapa lo marah sama gue Candra? Gue gak suka di benci, " aku menunduk dengan wajah sedih. Aku benar-benar takut dibenci, ketika melihat orang mengacuhkanku rasanya sangat sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiley: I'm Okay [END]
Losowe[Selesai revisi] Ikuti alurnya, nikmati prosesnya, rasakan sakitnya. Cerita ini tentang seorang gadis yang berusaha untuk keluar dari tuduhan keluarganya sendiri, dituduh sebagai pembunuh dan tidak dianggap sebagai keluarga. Tragedi yang menewaska...