49. Keceriaan

324 17 2
                                    

Selamat membaca!

Aku berjalan masuk ke dalam tokoh bunga kecil yang terlihat masih sama dalam memoriku, toko yang sudah lama tidak aku kunjungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjalan masuk ke dalam tokoh bunga kecil yang terlihat masih sama dalam memoriku, toko yang sudah lama tidak aku kunjungi. Aku tersenyum ketika melihat berbagai macam jenis bunga yang sangat indah, toko ini masih sama seperti terakhir kali aku ke sini. Masih sangat nyaman.

Satu fakta tentangku, aku sangatlah menyukai bunga dan alam. Ketika bersama dengan mereka bebanku terasa lebih diringankan, ada sensasi nyaman yang membuatku tenang.

"Maaf toko kami .... " pemilik toko yang sering kupanggil bi Intan tampak terkejut, "Zora! Sudah lama tidak bertemu."

Aku tersenyum lebar lalu menghampirinya dan memeluknya. "Iya Bi. Bibi, sehat kan?"

Kami melepaskan pelukan kami.

Bibi tersenyum sendu lalu menyentuh lembut pipiku dengan telapak tangannya, "pipi kamu kenapa atuh?"

Aku terkekeh pelan melihat reaksinya, "biasalah, Bi, digigit nyamuk."

Bibi tertawa lalu memukul lenganku pelan, "jawaban kamu masih sama."

"Yaa, aku masih sama kayak dulu." Saat pertama kali aku kesini, saat itu aku baru naik kelas XI, saat itu aku sering ke sini untuk menenangkan diri setelah dipukuli oleh Papa. Dan ketika Bi Intan bertanya tentang lukaku, aku akan menjawab 'digigit nyamuk'.

"Kamu ke sini mau beli buket bunga?" tanya Bi Intan membuatku tersadar dari lamunan.

Aku mengangguk, "Zora pilih-pilih dulu."

Aku menatap sekeliling, bunga apa yang akan aku beli.

"Buat pacar buketnya?" aku menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Bi Intan.

Aku berbalik menatapnya, "buat diri aku sendiri. Soalnya besok aku ulang tahun."

Bibi menutup mulutnya dengan wajah berseri, "yaampun. Besok kamu ke sini, ya. Bibi mau kasih hadiah, dan buket bunga yang kamu ambil, gratis."

Aku tersenyum senang lalu sepersekian detik kemudian aku menggeleng, "nanti Zora bayar."

Bi Intan berdecak lalu memegang kedua tanganku, "gak pa-pa hadiah dari Bibi. Dan sebenarnya semua yang ada di toko ini sudah di beli oleh Den muda. Dia teh kasep pisan."

"Dia ganteng?" tanyaku dengan alis bertaut. Wajahku dibuat seperti penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

"Iya, walaupun, ya, dia gak senyum tapi dia bener-bener kasep. Katanya dia beli semuanya untuk istrinya, sebagai kado karena ulang tahun istrinya besok."

Aku hanya tersenyum mendengarkan cerita dari Bibi Intan, tidak tau harus menanggapi apa jika perbincangannya tentang lelaki tampan. Dan dia tampak begitu semangat.

"Wih, ulang tahun istrinya Den kasep sama atuh sama Zora. Bisa, ya, pas gitu." Lanjutnya berseri-seri.

Aku hanya mengangguk sebagai tanggapan. "Udah dibeli semuanya, ya." Aku tampak sedikit kecewa mendengarnya.

Smiley: I'm Okay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang