Selamat membaca!
Aku mengerjapkan mataku, aku meringis ketika merasakan sakit di bagian kepalaku. Tanganku memegang pelan dahiku yang kini terbalut perban. Aku bangun dengan perasaan terkejut dan dengan cepat melihat sekeliling. Aku masih memakai seragam tapi kenapa sekarang aku berada di dalam kamarku, bukannya tadi aku berada di UKS.
Flashback on...
"Jangan lari Zora! Nanti lo jat–"
Bugh!
Padahal Calix belum menyelesaikan ucapannya, tapi Zora sudah terjatuh melewati beberapa anak tangga, dan berakhir terkapar di tanah. Calix meringis seperti merasakan sakitnya.
Calix bergegas menghampiri Zora, dia membalikkan badan Zora yang sudah tidak sadar itu. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia begitu khawatir.
"Dia kenapa?" Candra yang berada diujung tangga bergegas turun. Kakinya yang panjang itu melangkah melewati beberapa anak tangga dan melesat cepat. Dengan sekejap dia sudah berada di samping Zora.
Tanpa menunggu pertimbangan dari Calix, Candra bergegas mengangkat Zora ke punggungnya dan berlari membawa gadis itu pergi dari sana.
Seluruh pasang mata menatap ke arah Zora dengan pandangan khawatir, mereka bertanya-tanya kenapa Zora bisa tertidur di punggung cowok yang notabenenya adalah cowok brengsek. Dan setelah mereka melihat dengan seksama raut khawatir dari Calix, mereka tau jika Zora tidak baik-baik saja.
Candra berlari dan beberapa menit dia sudah sampai di UKS, dia bergegas menidurkan Zora yang masih saja menutup matanya.
Candra mundur dan membiarkan para dokter yang berada di sana menangani Zora.
Flashback off...
Setelah itu aku sudah tidak mengingat lagi apa yang terjadi padaku karena aku benar-benar pingsan. Dasar ceroboh, aku terus saja luka dan luka. Tidak luka tidak hidup. Seperti ada yang kurang jika aku melewati hariku tanpa kecelakaan.
"Sial banget gue, baru aja sembuh. Dan sekarang gue harus pake nih infus."
Ceklek!
Seseorang masuk dan duduk di pinggir kasurku.
"Kamu sudah sadar?" pertanyaan yang tidak akan aku jawab. Tidak bisa dia lihat jika aku sudah sadar dan kini menatapnya.
Papa menghela napas lalu mengusap pelan puncak kepalaku, itu benar-benar membuatku mematung. Aku jadi merindukan Papa yang dulu, Papa yang selalu tersenyum ke arahku dan selalu memberikan kasih sayangnya padaku. Aku rindu saat Papa menyanyikan aku lagu pengantar tidur.
Cairan bening keluar dari mataku tanpa kumau, aku menatapnya dengan pandangan sendu. Sialan! Kenapa kamu harus terlahir menjadi gadis yang gampang menangis, Zora. Senyum yang dulu terpampang jelas pada wajah Papa kini menyisahkan wajah hampa tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiley: I'm Okay [END]
Random[Selesai revisi] Ikuti alurnya, nikmati prosesnya, rasakan sakitnya. Cerita ini tentang seorang gadis yang berusaha untuk keluar dari tuduhan keluarganya sendiri, dituduh sebagai pembunuh dan tidak dianggap sebagai keluarga. Tragedi yang menewaska...