Selamat membaca!
Aku menunggu dengan bosan acara yang sedang berlangsung, aku sebenarnya tidak mengerti kenapa acara pengambilan raport harus diadakan sebesar ini. Bahkan yang mendapat juara paralel harus memberikan pidato kepada semuanya.
Aku hanya bisa bersabar dan duduk diam di samping Papa dan menunggu semuanya selesai.
"Juara paralel kelas VII, pasti kalian semuanya sudah mengetahui siapa yang mendapatkan juara umum. Beri selamat pada Zora Aurora Akarsana."
Semua orang bertepuk tangan dengan semangat ketika mendengar namaku diumumkan. Sorak-sorakan begitu ramai, para wartawan bergegas meliputku yang menjadi bintang hari ini.
Papa berdiri dengan bangga kemudian melingkarkan tanganku pada pergelangan tangan miliknya.
Setelah itu mereka mempersilahkan aku untuk berpidato agar memberikan semangat pada para murid yang lainnya.
Aku tersenyum manis lalu mengambil napas sambil menatap percaya diri ke semuanya. "Selamat pagi semuanya. Saya sudah berdiri di sini tiga kali, karena banyak faktor. Karena belajar yang rajin dan dukungan dari banyak pihak."
"Pertama saya ucapkan terima kasih pada Papa saya, dia selalu memperlakukan saya dengan baik."
"Saya sudah membiarkan kamu tinggal di rumah saya, harusnya kamu bersyukur."
"Papa selalu memberikan kasih sayangnya dan tidak pernah membiarkan orang lain memperlakukan saya dengan jahat."
"Beri pelajaran kepadanya, saya lelah."
"Terima kasih untuk kedua Kakak saya yang begitu tampan, mereka selalu memberikan kata-kata penenang dan kata yang manis untuk saya."
"Pembunuh! Harusnya empat tahun yang lalu lo mati."
"Saya juga berterima kasih kepada Mama Monika, dia selalu ada untuk saya dan memberikan kehangatannya. Untuk teman-teman semuanya di sekolah ini, terima kasih banyak, kalian semuanya sangat baik."
"Terima kasih banyak, jangan lupa berdoa dan selalu belajar." Setelah mengatakan itu semua aku bergegas untuk turun dengan merangkul tangan Papaku.
Dibalik banyaknya orang yang menyaksikan ada seseorang yang tertawa geli melihat itu.
Dia berakting dengan sangat baik, batinnya.
"Candra, ngapain lo ketawa?"
"Bacot!"
Aku tersenyum ke arah semuanya, merasakan sangat bangga karena bisa membuat semua orang tertipu karena aku. "Akting aku bagus kan, Pa?"
Papa hanya tersenyum dan melirik singkat padaku, tidak mau menjawab pertanyaanku. "Jangan banyak bicara."
Aku tertawa kemudian mengeratkan genggamanku pada Papa, aku menyandarkan kepalaku pada otot lengan Papaku.
Setelah itu aku melepaskan genggamannya lalu berlari memeluk Mama Monika dengan erat. "Mama, Zora keren kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiley: I'm Okay [END]
Diversos[Selesai revisi] Ikuti alurnya, nikmati prosesnya, rasakan sakitnya. Cerita ini tentang seorang gadis yang berusaha untuk keluar dari tuduhan keluarganya sendiri, dituduh sebagai pembunuh dan tidak dianggap sebagai keluarga. Tragedi yang menewaska...