42. Penguntit

209 17 0
                                    

Selamat membaca!

Candra kini tengah berpakaian serba hitam, hoodie hitam, celana jins hitam dan sepatu hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Candra kini tengah berpakaian serba hitam, hoodie hitam, celana jins hitam dan sepatu hitam.

Dia sedang menatap seseorang yang sedang berbincang dengan tenang di samping mobil orang tersebut.

Hingga akhirnya dia berjalan mendekat dan ikut masuk ke dalam mobil yang orang tersebut naiki.

"Siapa kamu?! Kenapa kamu masuk ke dalam mobil saya?" tanya orang yang dari tadi dia perhatikan, kini dia menatap heran Candra yang tiba-tiba saja berada di sampingnya.

Candra membuka tudung hoodienya yang akhirnya memperlihatkan wajahnya. Tidak hanya itu, dia mengambil sesuatu dari saku hoodienya yang membuat orang yang duduk di sampingnya membulatkan matanya.

"A-apa ya-"

"Diam, atau peluru di dalam pistol ini akan menembus kepala lo, Panca." Ucap Candra setenang mungkin, tapi matanya memperlihatkan semuanya. Kilatan yang memancarkan kebencian, kemarahan,dan hasrat ingin membunuh.

"Tuan!" supir yang berada di depan sana terlihat panik, dia tidak tau harus melakukan apa.

Mata Candra beralih pada supir yang berada di kursi depan. "Suru dia jalan, atau gue tembak."

"Jalan!"

"Ta-tapi, Tuan."

"JALAN SEKARANG BRENGSEK!!" teriak Panca mengebu-gebu, dia tidak ingin mati sekarang.

Supir tampak pucat, dia tidak mempunyai pilihan lain selain menjalankan mobilnya.

Seketika suasana terasa mencengkam bagi Panca dan sang supir, mereka hanya bisa diam dan tidak melakukan perlawanan. Berbeda dengan Candra yang hanya santai duduk dan memainkan pistol di tangannya.

Pikiran Panca dan sang supir seakan hilang, mereka tidak tau apa yang harus di lakukan. Bahkan berpikiran untuk menelpon polisi pun tidak mereka pikirkan, mereka hanya berpikir untuk diam agar tetap selamat.

"Apa maumu?"

"Apa mau gue?" ulang Candra menatap datar ke depan.

Candra menghela napas gusar lalu menyandarkan kepalanya, pikirannya kini memikirkan seseorang yang selalu terpampang jelas dalam pikirannya.

"Panca, jangan sakitin Zora lagi, kalo gak .... gue bakal bunuh lo. Sebelum itu gue siksa lo sampai lo sendiri minta untuk dibunuh." Candra berbicara serius tanpa menatap Panca.

Panca terdiam dengan bulu kuduk yang meremang, sekarang dia sedang di ancam oleh anak bau kencur seperti Candra, dan dia merasa takut.

Rasanya Panca ingin merampas pistol yang berada di tangan kanan Candra. Tapi entah kenapa seluruh tubuhnya tidak bisa dia gerakan, tubuhnya hanya gemetaran dan lemas.

Smiley: I'm Okay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang