34. Dream?

194 16 1
                                    

Selamat membaca!

"Kita mau bolos ke mana, sayang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita mau bolos ke mana, sayang?"

Terkutuklah bagi mulutku yang tidak memiliki rem, sekarang aku dibawa menuju ke belakang sekolah. Apa yang akan Candra lakukan padaku sekarang.

Dia dari tadi hanya diam dengan aura yang menghitam, apakah dia marah karena aku memanggilnya sayang?

"Zora," panggilnya sambil menarikku menuju ke suatu tempat.

Aku menatap taman kecil yang sudah dipenuhi semak-semak belukar yang sudah sangat tinggi, entah kenapa tempat ini dibilang angker oleh semuanya. Sehingga tidak ada yang mau merawat taman ini. Tapi .... KENAPA CANDRA MEMBAWAKU KEMARI!! AAAAKKK! Tenanglah Zora, anak cantik harus tenang.

Aku kembali meneguk salivaku, ahh, rasanya sangat takut hingga aku ingin kencing sekarang.

Candra menuntunku untuk masuk ke dalam semak-semak belukar itu, apa ini? Kita berdua masuk ke dalam semak-semak, huuaaaa Zora, apakah kamu tidak ingat tentang berita 'telah ditemukan mayat seorang gadis di semak-semak belukar' apakah aku akan menjadi korban selanjutnya.

Plak!

Apa yang kamu pikirkan Zora, Candra itu sangat baik dan kamu tau itu. Candra hanyalah lelaki lembut tanpa ekspresi, dia baik tetapi tidak tau cara mengekspresikannya.

Candra berbalik kemudian menatap pipi kiriku yang memerah, "ngapain lo nampar pipi lo?"

Aku dengan cepat menggeleng, "ada nyamuk."

Dia menatap kesegala arah dengan mata tajamnya, "mana nyamuk itu," gumamnya yang masih dapat kudengar. Kan! Dia itu sangatlah manis.

Dia beralih menatapku lekat lalu kembali membawaku masuk, aku lihat ada sebuah pintu di ujung sana. Tunggu dulu, semak-semak belukar ini juga berbentuk seperti sebuah gerbong.

Candra membuka pintu tersebut kemudian membawaku masuk ke dalam, aku terpaku dengan mata berbinar melihat apa yang ada di dalamnya.

Bagaimana ada taman yang seindah ini di sekolah milik Papa dan aku yang anaknya tidak tau. Ada pohon apel dikedua sudut dan meja juga kursi di depannya. Aku ingin segera masuk ke dalam.

"Candra, ayok masuk!" aku begitu semangat hingga menarik tangannya yang dari tadi menggengam tanganku.

Candra tersenyum melihat tingkahku lalu mengikutiku, aku memegang tangannya begitu erat. Aku takut jika di dalamnya ada perangkap ataupun ular, membayangkannya saja membuat bulu kudukku berdiri.

"Candra, lo udah afal 'kan sama labirin ini?"

Dia mengangkat bahunya acuh, "ini pertama kali gue masuk."

Aku menatapnya terkejut, ternyata perkiraanku salah besar, "nggak jadi deh, kita pergi keluar aja."

Saat aku ingin berbalik dia menarikku mendekatinya membuat tidak ada jarak antara aku dan dia.

Smiley: I'm Okay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang