37. Pertemuan

210 13 0
                                    

Selamat membaca!

Aku terus saja menguap sambil terus menggandeng lengan Reynold, aku masih takut jika tiba-tiba Papa mengamuk dan melemparkanku dengan salah satu guci di dalam rumah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terus saja menguap sambil terus menggandeng lengan Reynold, aku masih takut jika tiba-tiba Papa mengamuk dan melemparkanku dengan salah satu guci di dalam rumah ini.

Aku mengangkat roti lapis yang aku buat, aku begitu tidak sabar berbagi makanan ini dengan Kejora.

"Nona," panggil seseorang yang membuat langkahku dan Reynold terhenti.

Aku lihat nenek sihir, maksudku pelayan yang paling setia itu membawakan nampan berisi susu.

"Nona Zora harus minum ini dulu sebelum pergi ke sekolah."

Aku menatapnya dengan mata tidak menyangka dan mulut terbuka, sejak kapan dia menjadi sopan sekali padaku.

Reynold mengusap rambutku, "cepetan minum."

Aku menatapnya masam kemudian mengambil gelas itu, aku arahkan gelas itu ingin meminum isinya.

Prang!

"JANGAN MINUM ITU LAGI NONA!"

Aku menatap Putri yang tiba-tiba datang dan menepis tanganku hingga gelas tersebut jatuh dan mengakibatkan semua isinya berceceran.

"Lo–"

"Zora, tangan lo gak pa-pa 'kan? Putri, maksud lo apa?"

Aku menatap Reynold lalu beralih menatap pada Putri yang kini menunduk dengan raut menyesal, "kenapa gue gak boleh minum itu?"

Apakah Putri tau sesuatu? Atau dia tau jika nenek sihir ini menaruh racun di dalam sana.

"I–itu ada ... Ad—aarrgghh." Ucapan Putri menggantung ketika nenek sihir itu menjambak rambutnya. Ah, dalam situasi seperti ini aku tidak ingat namanya.

Siapa namanya? Ah ....

"Woy, nenek tua! Lepasin tangan lo dari Putri! Gue bakal pecat lo!"

Aku mendekat kemudian ikut menarik rambut nenek sihir itu sehingga tangannya terlepas dari Putri. Putri dan Reynold yang melihat itu mencoba untuk memisahkan kami berdua.

"Zora! Tendang di–"

"Nona, tolong jangan jambak Mama kayak gitu!"

HAH! Aku menatapnya dengan bola mata yang melebar lalu kaku sambil melepaskan tanganku dari rambut nen—maksudku rambut Bib–bi ini.

Jadi Putri itu anaknya, tapi kenapa wajah mereka berdua sangatlah berbeda. Bahkan sifat mereka pun berbanding terbalik, pasti dia mengadopsi Putri, aku yakin itu.

Reynold menarikku kemudian menggendongku selayaknya karung di punggungnya, Kakakku ini memang sangatlah kuat. Aku menatap Putri dengan pandangan sendu, apa yang mau dia katakan tadi? Aku adalah spesies manusia yang memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi, ini membuatku tidak tenang.

Smiley: I'm Okay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang