28. Our Holiday

259 15 0
                                    

Selamat membaca!

"Gue pegang kata-kata lo Kak, kalau lo ingkar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue pegang kata-kata lo Kak, kalau lo ingkar. Gue bakal pergi."

Reynold melepaskan pelukannya lalu menatapku marah. "Lo gak bakal pergi ke manapun Zora."

Aku tersenyum ke arahnya, "gue bakal pergi sama Ayah Reno dan tinggalin kalian bertiga di sini. Ogah gue pura-pura bahagia terus."

Tidak semua yang aku katakan benar, aku memang tidak mau terus saja berpura-pura bahagia. Tapi aku juga tidak mau meninggalkan mereka.

Dia mengusap lembut pipiku dan menatap dalam mataku, "pergi aja, gue malah senang kalau lo pergi sama dia."

Aku tertawa menanggapinya, "gue cuma bercanda. Sampai kapanpun, ini akan tetap jadi rumah gue karena ada kalian bertiga."

Dia menatapku malas, "ini bukan rumah. Ini neraka, dan lo sekarang tinggal di neraka, Zora."

"Kalau gitu pergi sama gue, Ayah pasti mau."

"Gue juga gak bisa ninggalin Kak Arsenio. Gue harus nungguin dia sadar."

Aku terkekeh kepadanya, "udah ngerti gimana rasanya? Gue gak bisa ninggalin kalian bertiga karena kalian itu kelurga gue. Walaupun kayak gini."

"Gue yakin mereka bisa berubah kayak lo Kak, gue akan nungguin sampai kapanpun. Sampai ... "

Sampai aku nyerah sendiri dan kalian sadar dengan menyerahnya aku.

Aku berdiri dari dudukku lalu menghampiri senja yang sedang berlarian di dalam kandangnya. "Lucunya anak Zora."

Kelinci berwarna hitam putih itu bergerak semangat di dalam gendonganku.

"Nona," seorang pelayan di luar kamarku memanggil. Oh, itu Putri.

Aku berjalan ke arahnya sambil tersenyum senang menatapnya. Hanya dia pelayan yang di rumah ini yang tidak menunjukkan raut wajah membenci kepadaku. Dia terus saja menunduk dan mendengarkan apa yang aku katakan.

Aku mengangkat dagunya agar menatapku, "kalau mau bicara liat gue. Gue gak bakal marah sama lo."

Dia mengangguk, "ada teman Nona di bawah."

"Teman siapa?"

"Yang cewek namanya Kejora, yang co-"

Senyumku luntur seketika saat mendengar ucapannya, tanpa membiarkan Putri menyelesaikan ucapannya aku memberikan Senja kepadanya dan dengan cepat aku berlari menuruni tangga.

Terlihat Kejora, Mada, Calix dan ... Candra yang sedang duduk sambil mengobrol bersama, walaupun Candra terlihat tidak ikut menanggapi obrolan mereka.

"Oh, itu Zora," ucap Calix ketika melihatku mendekati mereka.

Aku duduk di samping Kejora dengan perasaan canggung, ini pertama kalinya mereka masuk ke dalam rumahku.

"Kalian ngapain di sini?" tanyaku tanpa basa-basi.

Smiley: I'm Okay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang