Selamat membaca!
"Beda karena gue suka lo."
"APA?" pekik Candra terkejut dengan jantungnya yang berdetak tiga kali lebih cepat. Kini wajahnya pun ikut merah karena malu.
"Biasa aja kali," Zora berujar santai sambil menepuk pelan pundak Candra.
"Lo serius?" tanya Candra memastikan, dia benar-benar ingin mengetahui yang sebenarnya.
"Iya, lo udah gue anggep kayak Kejora, Mada dan Calix." Jawab Zora sambil tersenyum senang menatap Candra lewat kaca spion. "Tapi perlakuan gue ke lo yang beda, kalau sama mereka gue gelut terus."
Candra menarik napas gusar—antara kecewa dan lega. Dia sebaiknya tidak terlalu memikirkan hal ini, dia juga bingung dengan perasaannya.
"Candra kok diam?"
Candra menatap serius ke depan lalu melajukan motornya, membuat Zora sedikit berteriak dan memeluknya karena takut. Dia begitu ugal-ugalan dalam menyetir dan menyalip beberapa kendaraan yang menghalanginya. Zora menutup matanya sambil memeluk erat pinggang Candra. Candra benar-benar melajukan motornya di atas rata-rata, Zora merasakan seperti akan terbang sekarang.
Candra benar-benar tidak mampu lagi jika dibuat baper oleh Zora, jangan sampai dia jantungan karena kata-kata tidak terduga dari Zora.
Dan dengan cepat mereka sampai di depan rumah Reno. Zora bergegas turun dari motor Candra dan menatap takut kepadanya.
"HUAAAA!!" teriak Zora menangis dan kini sudah meneteskan air matanya sambil memeluk dirinya sendiri.
Dia benar-benar takut, dia pikir tadi adalah hari terakhir dia hidup, ini adalah pertama kali dia naik motor dengan kecepatan seperti itu.
"Zora, lo kenapa?" Candra turun lalu menatap khawatir Zora yang menangis semakin keras.
"Lo ja-jahat, gu-gue takut," Zora terisak sambil berjongkok dengan tangannya yang memegang dadanya yang berdetak tidak karuan.
Candra menatap sekeliling, banyak orang yang memperhatikannya. Dia memegang bahu Zora agar berdiri dan menarik Zora dalam dekapannya.
Tangannya mengusap pelan rambut indah milik Zora sambil terus berkata maaf. "Maafin gue Zora, jangan nangis lagi."
Zora meremas jaket Candra lalu memukul pelan dadanya, dia terisak di dalam dekapan Candra. "Ja-jahat."
"Maaf, gue salah."
Candra tetap setia mengusap dan memeluk Zora sampai gadis manis itu tenang. Candra benar-benar merasa bersalah, karena memikirkan dirinya sendiri dia harus membuat Zora takut hingga seperti ini.
"Candra, gue udah gak pa-pa." Ujar Zora yang membuat Candra melepaskan pelukannya.
Zora menatap lama Candra lalu diikuti oleh tawa renyahnya. "Maaf, gue lebai banget 'kan. Hanya gara-gara itu aja gue nangis kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiley: I'm Okay [END]
De Todo[Selesai revisi] Ikuti alurnya, nikmati prosesnya, rasakan sakitnya. Cerita ini tentang seorang gadis yang berusaha untuk keluar dari tuduhan keluarganya sendiri, dituduh sebagai pembunuh dan tidak dianggap sebagai keluarga. Tragedi yang menewaska...