Selamat membaca!
Panca hanya menatap kosong ke depan, kini dia telah selesai melakukan acara lamaran. Lamaran yang dia lakukan bukan karena dia inginkan, tapi karena paksaan Surya—Ayahnya. Ini juga sangat bagus karena bisa berkerjasama dalam bisnis, itu yang dikatakan Surya.
Walaupun dia tidak tidak tulus mengerjakan hal ini dia tetap melakukannya, karena dia dan Ayahnya sangat mirip. Mementingkan perkerjaan daripada perasaan, mementingkan nama baik dan jabatan.
Dia jadi mengingat ucapan Zora. Ucapan yang benar adanya, dia masih tidak rela Sofia pergi secepat itu. Tapi Panca harus berpikir ke depan, Sofia akan selamanya di dalam hatinya.
Papa selama ini yang gak relain Bunda pergi, tapi kenapa Papa tega ... PAPA TEGA GANTIIN BUNDA DENGAN WANITA LAIN!
Sofia, maafkan aku.
Tentang Zora, apa yang ingin anak itu tunjukkan tadi. Video?
Panca turun dari mobilnya, lalu masuk ke dalam rumah megah miliknya itu.
"Di mana Zo–" Panca berhenti berbicara ketika anak gadisnya berjalan masuk dari pintu. Jadi gadis itu dari luar.
"Dari mana kamu?" tanya Panca ketika Zora sudah berada di depannya.
Zora menatap malas ke arah Papanya itu. Menghela napas panjang lalu tersenyum semanis mungkin. "Papa peduli?"
Panca mengepalkan tangannya berusaha untuk sabar, "tadi apa yang mau kamu tunjukkan?"
Zora terkekeh geli, "Papa ini ada masalah ingatan? Papa udah ancurin laptop aku tadi. Aku yakin Papa bakal nyesel karena perbuatan Papa tadi."
Zora kembali tersenyum, "tapi Zora gak benci kok sama Papa. Malah Zora sayang banget sama Papa."
Zora berjalan menjauh, "cepet sadar Pah, sebelum Zora pergi."
***
Zora berjalan keluar dari rumahnya sambil melamun, dia seperti tidak ada gairah hidup. Di hari minggu seperti ini dia tidak tau harus melakukan apa, harinya begitu kesepian.
Kaki Zora terhenti dengan dahi mengkerut, dia menatap kakaknya—Arsenio yang sedang bercengkrama dengan seorang gadis yang seumuran dengannya. Apakah itu pacar Arsenio? Ataukah hanya teman? Melihat itu ada sedikit rasa iri karena Arsenio bercerita pada gadis itu sambil tersenyum, sesekali Arsenio mengusap lembut rambut gadis itu. Hal yang sudah tidak Zora dapatkan.
Zora tersenyum miris lalu melangkahkan kakinya, baru saja dua langkah seseorang memanggilnya. Zora menoleh karena ternyata gadis yang bersama Arsenio yang memanggilnya. Apakah mereka saling kenal?
"Zora!" panggil gadis itu semangat lalu menghampiri Zora yang diikuti oleh Arsenio di belakang.
Mata Zora membulat dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat, "Maudy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiley: I'm Okay [END]
Random[Selesai revisi] Ikuti alurnya, nikmati prosesnya, rasakan sakitnya. Cerita ini tentang seorang gadis yang berusaha untuk keluar dari tuduhan keluarganya sendiri, dituduh sebagai pembunuh dan tidak dianggap sebagai keluarga. Tragedi yang menewaska...