Chapter 08 : Terikat

127 6 0
                                    

Pertikaiannya kemarin dengan Shasyania masih menggerayangi pikiran Nevan, tidurpun tidak tenang, dan harapan untuk lebih baik di hari esok seketika sirna, ketika sosok yang menjadi pemicu dari kegelisahannya tersebut tengah duduk di meja makan.

"Dia? kenapa di sini lagi? "

Atom yang mendengar nada kurang bersahabat itu langsung pasang badan, ia bermaksud menghindari situasi yang mungkin semakin memanas.

"Maaf Tuan Muda, Nona Shasyania berada di sini atas kemauan dari Tuan Besar, dan beliau juga memerintahkan agar kalian berangkat bersama," jelasnya.

"What? apa kau bilang? dan kenapa harus aku lagi, haaah? bukanya kau sendiri yang membawanya kemari? jadi kau juga yang harus mengantarkannya!" sungutnya tajam, "aku tidak ingin lagi di libatkan dalam urusan konyol kalian! Cukup! ini semakin membuatku muak!" sambung Nevan, ia begitu kesal sampai niatannya untuk sarapan tiba-tiba sirna.

"Tidak bisa seperti itu Tuan Muda! ini perintah Tuan Besar, Tuan Muda harus mematuhinya! Lagipula, ini juga merupakan hari pertama Nona Shasyania di sekolah barunya, jadi kehadiran Tuan Muda pasti sangat di perlukan!"

Nevan mendekat dengan telunjuk mengarah lurus, "Heh! kau pikir dia ini anak kecil? masih bocah? sampai harus aku temani?" tanyanya menggertak, bersama rahang yang mengeras, "stop! aku tidak mau tahu lagi! Kau urus saja sendiri! dan aku yakin dia juga tidak mau lagi berdekatan denganku!" imbuhnya bersama sekelebat ingatan kemarin.

"Tuan, sarapan dulu," ucap Murti.

"Selera makan ku hilang!"

Saat Nevan tidak lagi terlihat oleh pandangan mata, barulah Shasyania berani mendongakkan kepala menatap Atom, "Pak, saya bisa berangkat sendiri, jadi jangan memaksanya lagi, saya mohon."

Sebenarnya Shasyania tidak tahu menahu jika ia akan di antar ke kediaman Eldione, karena ia pikir Atom menjemputnya untuk mengurus administrasi sekolah, hingga ketidak tahuannya itu kembali menambah kesalahpahaman diantara dirinya dan juga Geonevan.

"Tidak bisa Nona! karena sama seperti yang saya ucapkan tadi, ini merupakan perintah dari Tuan Besar, jadi semua harus di lakukan sesuai keinginannya! Nona tenang saja."

Situasi ini sungguh membuat Shasyania serba salah, terlebih lagi saat keheningan mulai terusik, ketika dari arah luar teriakan kekesalan kembali menggema di penjuru ruangan.

"WOI ATOM! APA-APAAN KAU? KEMBALIKAN KUNCI MOBILKU!"

"Hanya jika Tuan Muda berangkat bersama Nona Shasyania!"

"ARRGGH! menyebalkan! kau benar-benar membuat kesabaran ku hilang, ATOM!"

PRAAANG!

Dengan penuh emosi Nevan menendang sebuah guci antik yang berada di hadapannya, hingga salah satu serpihan tersebut terpental mengenai tangannya sendiri.

"Tuan Muda!" seru Atom, saat melihat luka di tangan Nevan.

"DIAM DI TEMPAT! DAN JANGAN MENYENTUHKU!" elak Nevan dengan tatapan nyalang.

"Dan untuk lo! Kemari!" titah tersebut ia arahkan pada Shasyania, lalu kembali bersuara, "awas saja kalau kebodohan ini sampai membuat gue terlambat!" serunya tajam, bahkan tanpa menoleh orang yang tengah ia ajak bicara.

Hingga mobil yang di kendarai Nevan melaju kencang dan entah letak SMA GUARDIANS yang begitu jauh atau Nevan yang menghindari kemacetan, karena hampir sejam lamanya namun belum juga sampai pada titik tujuan, hingga kegelisahan itu semakin membuat ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hingga mobil yang di kendarai Nevan melaju kencang dan entah letak SMA GUARDIANS yang begitu jauh atau Nevan yang menghindari kemacetan, karena hampir sejam lamanya namun belum juga sampai pada titik tujuan, hingga kegelisahan itu semakin membuat Shasyania tidak nyaman.

"Kita salah jalan," ucapnya.

"Tahu apa lo!"

Gadis itu menoleh kesamping, melihat si pengemudi yang tampak serius memandangi jalanan tanpa meliriknya untuk sekedar memastikan, "Plang itu, ini jalanan tidak mengarah ke SMA Guardians."

"Ck, peka juga lo ternyata!" tukasnya, "tapi kenapa untuk urusan yang lain lo seakan tutup mata? Lo pasti sadar, kan! Tapi kenapa lo masih berani datang menyerahkan diri? Segitu gak berharganya harga diri lo? atau karena lo mikir gue gak serius dengan ancaman gue? Ahaha, ckck! yang kemarin itu lo cuma beruntung! Enggak untuk hari ini!"

Krrrt!

Mobil Nevan berhenti, laki-laki itu menoleh kesamping, "Nasib lo akan jauh lebih indah jika lo tidak serakah! tapi mau gimana lagi, semua sudah terjadi!" tekan Nevan di setiap kalimat, lalu mulai bergerak untuk membuka tali pengaman.

Cklik!

Nevan melepas seat belt nya, hingga membuat Shasyania refleks menyilang tangan sebagai tanda pertahanan, "Mau apa kamu?" tanyanya curiga, terlebih lagi saat Nevan sengaja mencondongkan tubuh hingga membuat jarak diantara mereka semakin terkikis.

"Jangan macam-macam!"

"Gue cuma mau melanjutkan sesuatu yang tertunda, dan gue anggap lo bersedia, jika tidak, mana mungkin lo menyerahkan diri dengan kembali datang ke rumah gue!"

"Lepas! menjauh Geonevan!"

"Gak usah nolak! harga diri lo udah mati di hadapan gue, Shasyania!"

Tindakan agresif Nevan tersebut semakin membuat Shasyania takut, terlebih lagi kilas balik di masa lalu membuatnya terpacu untuk terus memberontak.

Namun Nevan justru terkesan betah dalam dekapan tersebut, meskipun si korban terus meronta, Nevan tetap diam hingga Shasyania akhirnya berhasil memberi batasan menggunakan telapak tangannya.

"Jaga sikapmu, Geonevan! jika kamu berani macam-macam, aku tidak akan diam!"

Perlawanan Shasyania membuat kedua pasang mata itu kembali bersitatap.

"Bukannya ini yang lo inginkan?"

"Menja___"

Bruuk!

Nevan kembali bergerak menghimpit Shasyania di senderan kursi, mencengkram kedua bahu gadis itu sambil berseru, "Gue bantu lo membuatnya semakin mudah! Jadi sekarang tunjukkan, seberapa rendahnya lo di hadapan gu__!"

Plaaak!

Tamparan melesat di pipinya, untuk pertama kali dan itu dilakukan oleh Shasyania.

"Keluar!"

Belum sempat Shasyania beranjak pergi Nevan kembali bersuara, "Gue benci melihat kemunafikan! daripada lo terus berkubang dalam keserakahan, sebaiknya lo langsung katakan! Katakan saja lo butuh berapa, haah?"

"Kamu pikir aku senang? Aku juga tidak menginginkan berada di situasi seperti ini, Geonevan!"

"Jika tidak, maka menyerah! apa sulitnya menolak! atau karena uang? gila hormat? apa itu yang buat lo merasa berat untuk mundur? Lo tergiur dengan semua yang telah dijanjikan, itukan yang buat lo bertahan!"

"Satupun tuduhan mu tidak mendasar, Geonevan!"

"Lalu apa? jangan bilang lo mau bikin alasan tentang Ibu lo yang sakit? BASI! tinggal nolak aja banyak alasan! PARASIT!"

Shasyania tidak berusaha untuk meluruskan benang kusut yang terjalin diantara mereka, karena gadis itu menganggap tidak ada gunanya dia menjelaskan.

Baginya, apapun yang akan ia katakan akan selalu dibantah dan terlihat salah di mata orang yang sudah terlanjur membencinya.

Namun di sisi lain, Geonevan, laki-laki itu seperti tidak dianggap ketika pertanyaannya kembali dihiraukan.

"Turun!"

Broooms!

Nevan telah menjauh namun luka hatinya masih terasa, bahkan untuk sekedar bernafas lega rasanya sulit, tidak pernah terpikirkan jika dirinya akan mengalami situasi seperti ini.

Dibenci begitu dahsyatnya dengan tuduhan-tuduhan mengorek nurani, namun mau bagaimana lagi ia pun masih bingung untuk mencari jalan keluar yang masih terlihat gelap untuk sekadar ia lewati.

Bersambung....

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang