Chapter 45 : Tanam untuk tumbuh

25 1 0
                                    

Tepat seminggu setelah pesta, kini kondisi cuaca di Kota J sering kali mendung berawan hingga berakhir hujan, dan kondisi itu pula yang membuat para murid hanya bisa menjalankan aktivitas mereka di dalam ruangan.

"Woi! jangan coret semuanya, nj

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi! jangan coret semuanya, nj.r!"

Seperti biasa, tidak lengkap rasanya kalau suasana kelas sunyi tanpa pergerakan, Gemmi terus melayangkan protes pada orang-orang yang terlihat asik menggambar pola abstrak di gips tangannya, semacam tradisi yang di balut dengan kata seni.

"Santai napa! jangan merusak mahakarya gue, Gem! Entar liat aja hasilnya gimana!"

"Gem, dia gambar tit.t! Lah kocak!" jerit Jeki, hingga Gemmi memicingkan matanya bersama amarah yang siap meledak pada orang yang masih terlihat menunduk bersama tangan asik bergerak membuat pola.

"Sembarangan lo, Jek! Pikiran gue masih jernih gak kayak lo, kali!" Wilkan berbalik menyerang, ia sampai menunda kegiatannya untuk sekedar melayangkan bogem mentah pada si penuduh.

Plak!

"Sakit anj.r! gue cuma nebak tadi! Gambar lo kurang jelas, sih!"

"Emang dasar lo nya aja yang ngeres!"

"Udah buru! gue mau makan!"

"Sebentar, Gem! Sabar boussskuuuu!"

"Hem!" seperti ingin bergabung seorang gadis mencoba ikut serta, "heeeeem!" ulangnya agar di notice.

"Amandel lo?" tuduh Gemmi.

"Gue ikut gambar, ya?" pintanya, bahkan sebelum ia mendapat izin gadis itu sudah memegangi beberapa spidol berwarna.

"Dih, ngapain? mau gambar padi lo? Ogah! gak mau gue keliling bawa coretan anak SD!"

"Belum juga liat, udah pesimis aja!"

"Wajar! gak ada positif di diri lo! Kecuali... ahahah!"

"Lanjutin gak? jangan ketawa dulu! heiii!'' Neita berseru, sangat kesal rasanya saat dijadikan bahan tertawaan apalagi bersama tatapan penuh rahasia.

"Shaaa, liat tuh! mereka ngetawain gue!"

"Ketawain balik, Nit! biar sama-sama ketawa!" saran dari Shasyania membuat Neita mengerucutkan bibirnya.

"Besok-besok kalau kalian makan kuaci, sampahnya jangan di buang sembarangan!" bukan tanpa alasan Shasyania menegur dirinya risih mendapati bangkunya berserakan dengan sampah.

"Iya maaf, sini biar gue bantu!" tawar Gemmi.

"Jangan gerak dulu, Gem! gambar gue belum kelar!"

"Buruan!"

"Kantong plastiknya kamu taruh di mana tadi, Nit?"

"Di ujung kolong paling kanan, Sha!" sahut Neita yang tiba-tiba mengisyaratkan agar Ririn mau membantu tapi gadis itu justru menyilang tangan di area dada.

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang