Chapter 11 : Keinginan

83 7 0
                                    

(Flashback on)

Saat mobil Nevan melenggang pergi meninggalkan Shasyania, gadis itu langsung berjalan tanpa henti, meskipun ia tidak mengetahui pasti tentang di mana lokasi dirinya saat ini.

"Aku akan benar-benar terlambat!" keluhnya, dan ketika Shasyania tengah sibuk mencari jalan keluar, tiba-tiba...

"TOLOOONG!"

Sayup-sayup terdengar jeritan sendu yang sengaja Shasyania abaikan, pikirannya masih waras untuk tetap was-was apalagi di tempat seperti ini.

Namun belum sempat ia menjauh, suara tersebut kembali terdengar mengiba bahkan sekarang terkesan memaksa.

"Hei kau yang sedang berjalan! aku mendengar langkahmu! Kau sebenarnya tuli atau bagaimana? bukankah kau mendengar suaraku dengan jelas? aku terkapar membutuhkan pertolonganmu! di mana hati nurani mu, hei? Cepat menengok lah kearah kiri!"

Sejenak suara itu mengecil seperti sedang bergumam, "Atau mungkin kearah kanan! Apapun arahnya yang terpenting mendekat ke sumber suara, cepat bantu aku!" lanjutnya, dengan nada memerintah.

Shasyania tampak berpikir, lalu hal pertama yang ia lakukan adalah menoleh ke segala arah untuk memastikan sesuatu, namun.

Wusssshh!

Hanya tiupan angin tanpa sosok manusia, dan saat gadis itu akan berancang-ancang lari suara tersebut kembali terdengar jelas.

"HEI! KAU INI BENAR-BENAR YA! CEPAT KEMARI DAN TOLONG AKU! TERBUAT DARI APA HATIMU ITU?"

Bahkan di keadaan genting sekalipun Shasyania kembali mengedarkan pandangannya, namun hasilnya tetap sama tidak ada siapapun di sana.

"Oh tidak! jangan bilang indra ke-enam ku mulai terbuka!" ucapnya takut.

"ASTAAGAAAAA! APA KAU PIKIR AKU INI SETAN? AKU MASIH HIDUP! MASIH BERNAPAS! DAN SAAT INI AKU MASIH MEMBUTUHKAN PERTOLONGANMU! LAIN HALNYA JIKA KAU TIDAK MAU MEMBANTUKU, MAKA AKU AKAN BENAR-BENAR MENJADI HANTU!"

"KAU MAU AKU BERGENTAYANGAN MENCARI MU? MENAKUT-NAKUTI MU SEPANJANG WAKTU? ITU YANG KAU MAU? JIKA TIDAK, MAKA CEPATLAH KE SINI! BANTU AKU!"

Sepuluh menit berlalu hanya untuk berdebat masalah hantu, sampai akhirnya Shasyania memutuskan berani mendekat ke sumber suara, dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang wanita lanjut usia tengah terkapar dengan keadaan kaki terluka.

"Yaampun! Maaf, maafkan Shasya Nek, Shasya benar-benar tidak melihat Nenek!" sesalnya, lalu dengan lihainya Shasyania mengobati luka tersebut menggunakan perlengkapan seadanya.

"Iyaa, aku tahu! kau memang tidak melihat ku! tapi kau mendengar suaraku, bukan? Butuh berapa lama lagi kau untuk menjadi penolong? Lamban!" sindirnya menggertak.

"Maaf Nek."

Sebenarnya bukan salah Shasyania jika ia tidak langsung menolong, semua akibat posisi jalanan di kedua sisi yang menjorok kebawah, hal tersebutlah yang membuat jangkauan penglihatannya tidak langsung menangkap keberadaan wanita tua tersebut.

"Tapi syukurlah kau masih memiliki nurani!" omel sang Nenek yang masih berpura-pura kesal, "yasudah, sekarang bantu aku bangun!" imbuhnya sambil mendesis menahan sakit.

"Pelan-pelan Nek."

"Iyaa! kamu bawa handphone gadis kecil?"

"Ada, tapi enggak ada sinyal, Nek."

"Hubungi 112!"

"Ohh?" tanyanya yang masih tampak ragu.

"Kita membutuhkan pertolongan! kau ini pintar? atau wajahmu ini tidak mendukung otakmu?" cecarnya tajam dengan netra mata menatap Shasyania, "mmh, tapi untuk pengobatan mu ini, aku akui kau cukup cekatan! ettssss kenapa pembahasan kita jadi ngelantur, cepat telpon!"

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang