Di tepi balkon seorang anak remaja dengan ekspresi yang sulit dijelaskan tengah menerima sebuah panggilan telpon. Wajahnya tampak serius, bahkan salah satu tangannya mengepal dan sesekali mengusap gusar.
"Kakek bangga dengan hasil ulangan kalian! Shasyania tidak mengecewakan bukan? akui saja, Nevan!" ucap Toreno, dari seberang sana, "kenapa diam saja?"
Nevan perlu ruang untuknya meyakinkan diri sebelum akhirnya bertanya, "Pertunangan itu, apa Kakek serius?"
"Maksud mu? apa ucapan Kakek kurang jelas, Nevan? kenapa masih saja kau mempertanyakannya?"
"Tapi, bagaimana jika dia sudah memiliki pilihannya sendiri, Kek?"
Toreno tidak langsung menjawab ia seperti memikirkan ucapan Nevan, terdengar dari ketukan jemarinya di atas meja.
"Apa Shasyania sendiri yang mengatakannya padamu?" masih terdengar nada keraguan hingga Toreno tidak langsung percaya dan balik bertanya, "jangan mencoba mencari alasan, Nevan!"
"Tidak Kek, coba Kakek pikirkan, mungkin saja dia tidak memiliki cukup keberanian untuk berkata jujur! padahal hal semacam itu penting untuk kita pertimbangkan."
"Mhh, oke! baiklah, kamu kerumahnya sekarang!"
Nevan yang awalnya senang kini dibuat tersentak, ini bukanlah jawaban yang Nevan inginkan, tapi ia juga tahu betul ketika Toreno sudah berkata maka akan sulit untuknya berkelit.
"Bukan seperti itu maksud Nevan!"
"Loh, kenapa? Katanya mau memastikan! kita tidak bisa menuduh, lebih baik tanyakan langsung! dan hubungi Kakek bila kamu sudah bersama Shasyania!" tekan Toreno, belum usai perintah darinya sekarang kembali terdengar sebuah gertakan.
"Tapi jika kamu menolak, maka apa yang kamu katakan tadi, Kakek akan anggap sebagai alasanmu saja! dan kamu tahu, Kakek tidak menyukai itu, Nevan!"
Tut!
Panggilan terputus bahkan di saat Nevan belum sempat mangajukan protes, ia terjebak dengan apa yang ia ucapkan sendiri sampai membuatnya kesal terlihat dari kuku tangannya yang memutih akibat terlalu keras mengepal.
🍁🍁🍁
Menunggu, satu kata acap kali bermakna jenuh, tapi berbeda halnya jika menunggu orang yang di sukai maka akan berbeda arti, seperti halnya yang dirasakan oleh seseorang laki-laki lengkap dengan seragam sekolah, pandangannya lekat melirik ke area pagar dengan degupan dada tidak beratur, sampai akhirnya orang yang di tunggu muncul juga.
"Shaa, kamu sakit?"
Shasyania tertegun mendapati Nanda di teras rumahnya, laki-laki itu berdiri sumringah menyambut kehadirannya.
"Nan, kamu... kenapa di sini?"
Nanda tersenyum mengusap tengkuknya, lalu mendekat bersama tangan menyodorkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine ?
RomanceDinesclara Shasyania, gadis cantik primadona SMA MERPATI. Ia begitu dikagumi seluruh siswa, hingga mendapat julukan sebagai Dewi Nirwana, namun suatu peristiwa membuatnya harus pindah sekolah, dan mau tidak mau dia harus menjalaninya. Layaknya terj...