Chapter 22 : Gebrakan

66 6 0
                                    

"Maafin Ibu, Shaa," lirih Liliana, bersama kedua tangan mengatup di hadapan Shasyania.

"Ibuk jangan seperti ini, Buk! jangan minta maaf terus ke Shasya, kita masih bisa cari jalan keluarnya!"

Siapa yang akan tega ketika melihat seseorang yang begitu disayangi harus bersikap serapuh ini, rasanya hati Shasyania seperti tercabik-cabik, ia ingin menangis namun semampunya ditahan.

"Tapi nak, kali ini Ibu memang bersalah! Ibu terlalu ceroboh, sampai semua uang kita hilang. Maafin Ibu, Shaaa!"

"Sudah Buk, sudah! uang masih bisa kita cari, jadi Shasya mohon, Ibu jangan seperti ini lagi!"

"Gimana caranya, Shaaa? gimanaaaa? uang itu, uang itu uang tabungan kita. Uang jerih payah Ayahmu! uang masa depanmu! uang untuk mewujudkan semua impian kamu, Sha! dan... dan sekarang uang itu lenyap tanpa sisa, itu semua karena kesalahan, Ibu! huhuhu, Ibu bodoh, Shaa! Ibu kamu bodoh!" Tangisan Liliana semakin pecah setiap kali mengingat musibah yang ia alami.

"Buk, Ibu tenang dulu, ibu ingatkan? masalah pendidikan Shasya, bukannya semua sudah di tanggung keluarga Eldione! bahkan untuk pengobatan Ibu juga! Jadi, Ibu tidak perlu khawatir!"

Sejujurnya hati Shasyania seperti teriris tatkala mengatakan hal tersebut, namun gadis itu tidak memiliki pilihan lain, harapannya hanya satu, ingin duka ibunya menghilang.

"Tidak, Sha! sungguh Ibu tidak ingin kita bergantung dengan keluarga itu, Ibu mau kamu bebas, tidak lagi di kekang mengikuti keinginan orang lain! tapi sekarang, justru Ibulah yang membuat kamu terikat! Ibu tahu kamu tidak bahagia, Sha! Ibu merasakan itu meskipun kamu diam! Kamu tidak bercerita, bukan berarti Ibu tidak mengerti, Shaaa!"

"Buk...."

"Ibu macam apa aku ini? tidak bisa melindungi putrinya!" sesal Liliana, ia menyalahkan diri sampai luruh bersimpuh di hadapan Shasyania.

"Dari dulu kamu sering sekali berada di posisi mengikuti keinginan orang lain, selalu berada di situasi seperti itu! Bahkan setelah remaja pun, hal tersebut kembali terjadi! Ayah pasti sangat kecewa dengan Ibu, nak! Ibu membuat putri kesayangannya kembali seperti ini, bukannya memberi kebahagiaan Ibu justru memberi luka!"

"Cukup, Buk! cukup! jangan lagi berkata seperti itu!"

Liliana semakin tenggelam dalam perasaan bersalah, niatnya yang ingin membawa sang putri pergi, namun kini situasi justru semakin pelik, setelah dirinya tertipu investasi.

"Ibu terlalu bodoh, tergiur dengan keuntungan yang mereka tawarkan tapi sekarang justru berujung kita tidak memiliki apa-apa! semua hilang! kerja keras Ayahmu menjadi sia-sia! Investasi itu, semuanya hanya kebohongan! dan lebih bodohnya lagi, Ibu malah menggunakan semua uang kita! Huhuhu...."

"Buk, tidak ada yang benar-benar berakhir! Kita masih bisa bertahan, kita masih memiliki usaha, kita sama-sama berjuang! Masih ada yang tersisa! harapan itu masih ada! jadi berhenti menyalahkan diri seperti ini, Shasyania mohon...."

"Shasyaaa, rasanya Ibu tidak sanggup lagi, Shaa!"

Sekuat apapun Shasyania berusaha tegar, namun keadaan Ibunya saat ini membuat ujung matanya semakin pedih, selain merasa sedih, Shasyania juga diliputi ketakutan saat menyaksikan betapa terguncangnya kondisi sang ibu, hingga tanpa terasa buliran demi buliran air mata mulai membasahi pipinya.

"Buuu, Shasya hanya punya Ibu, hanya Ibu yang Shasya punya di sini, jangan seperti ini, Bu.... Jangan menyerah! Shasyania butuh, Ibu.. Shasya mohon!"

"Huhuhu... Ibumu ini bodoh, Shaa!"

Shasyania ikut bersimpuh memeluk erat sang Ibu, ia menyakinkan semua akan baik-baik saja meskipun dirinya sendiri belum tahu caranya seperti apa, tapi satu hal pasti menyerah bukanlah pilihan dari akhir ceritanya.

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang