Chapter 02 : fatamorgana

111 1 0
                                    

Yaa, suara itu, suara Shasyania, gadis cantik sejuta pesona yang di miliki SMA Merpati.

"Shaa, emmm...."

"Kenapa Win?"

Wiwin mendadak kelu, ia yang takut untuk menyampaikan lebih melirik Nanda, memberi isyarat agar laki-laki itu membantunya.

"Oh iya Sha, mengenai makalah yang mau kita setor ke Pak Rusdi, hari ini kamu bawa gak?"

Shasyania mengernyit, "Loh, bukannya di setor hari senin ya? bahkan kemarin kita juga udah sepakat masih perlu perbaikan di pembahasannya."

"Mhhh bener, tapi tadi Pak Rusdi ngasih informasi dia nelpon katanya mau makalah kita sekarang," elak Nanda mencari alasan.

"Oh mungkin aja beliau mau ngasih kita saran, bisa jadikan?" timpal Yoga, laki-laki itu cepat tanggap saat temannya terlihat gelagapan, "jadi sekarang gini aja, kita selesaikan hari ini juga gimana? kita bareng-bareng ke rumah kamu, setuju?"

"Iya, tentu saja."

Seperti awan yang berarak beriringan, begitupula mereka yang  berjalan berdampingan menyusuri sebuah gang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti awan yang berarak beriringan, begitupula mereka yang  berjalan berdampingan menyusuri sebuah gang.

Dan meskipun Shasyania terkesan paling irit bicara, namun entah kenapa hari ini ada yang berbeda dengan keempat temannya, mereka yang diketahui selalu heboh justru mendadak bisu, sampai akhirnya semua terjawab setelah sebuah bendera terikat di pagar rumahnya.

"Shaaa...."

Shasyania terdiam kaku, ketika Ibunya menangis pilu, tubuhnya pun ikut bergetar, saat dihadapkan dengan situasi yang rasanya begitu mudah merenggut sadarnya.

"Kenapa Tuhan?"

Ada begitu banyak pertanyaan yang mengusik benaknya, mengapa dan bagaimana semua ini bisa terjadi, ingin sekali bertanya bahkan sampai menjerit, namun apa daya mulutnya seperti sulit untuk terbuka bahkan untuk sekedar bersuara.

Kepergian yang begitu mendadak, menghilang tanpa isyarat, pedih menyayat saat harus mengantar untuk terakhir kalinya, dan kini di atas gundukan basah sudah terlihat dua orang wanita berbeda generasi tengah meratapi nasib, bahkan derasnya hujan sea...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kepergian yang begitu mendadak, menghilang tanpa isyarat, pedih menyayat saat harus mengantar untuk terakhir kalinya, dan kini di atas gundukan basah sudah terlihat dua orang wanita berbeda generasi tengah meratapi nasib, bahkan derasnya hujan seakan tidak mampu mengusir, hancurnya seperti tidak sebanding dengan badai yang tengah berlangsung di dalam diri mereka masing-masing.

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang