Chapter 19 : Hargadiri

73 8 0
                                    

"Penghapus gue mana?" Rissa berdecak kesal sampai sekilas ingatannya kembali tersusun.

"WOI DINO! LO YANG TERAKHIR MINJAM, MANA? SINI BAWA!"

"Si Dariel terakhir make!"

"SEMBARANGAN LO!" sentak orang itu saat tidak terima jika dirinya dituduh atas tindakan yang bukan dia pelakunya.

"Pokoknya gue gak mau tahu, lo harus cari! atau lo ganti rugi!"

Dino yang sudah tidak tahan akan teriakan Rissa memilih berdiri dan mulai mencari barang yang ia anggap tidak penting tersebut.

"Sial! cuma masalah penghapus aja ribet banget tuh orang! Nyesel gue pinjem tadi" geram Dino.

"Udahlah Din! mending ganti rugi aja daripada tugas lo mangkrak!" usul Ririn.

"Jangan!" Neita tiba-tiba menyela ia tidak setuju akan usul tersebut, "lo kayak gak tau Rissa orangnya kek gimana aja, ganti rugi barang dia sama aja kayak Dino di suruh ngeluarin duit puluhan juta! Mending jangan deh!"

"Emang sinting tuh orang!" cibir Dino.

Dan di tengah kericuhan tersebut seseorang justru tersenyum simpul ia berencana memanfaatkan situasi hingga kembali berulah.

"Riss, lo gak perlu maksa Dino buat nyari lagi," ucap Jiana penuh arti, "gue tahu barang yang lo cari ada di mana, tuh di mejanya Shasyania!" tanpa rasa bersalah ia langsung menuduh, tingkahnya yang manipulatif kembali ditampilkan bersama seringai di ujung bibir.

"Wah bener!" Rissa yang sudah terlanjur benci langsung melabrak ia seakan siap untuk menabuh genderang perang.

Draaak!

"Heh lo! kalau mau minjam bilang dong! dan kalau udah di tagih ya nyaut jangan diem aja! punya mulut, kan?" bentaknya kasar hingga menggebrak meja Shasyania.

"Kamu punya mata?" Shasyania balik bertanya ia juga menatap tidak kalah tajam, "ngapain saya minjam kalau saya sendiri sudah punya!" serunya.

"Yaaa mana gue tahu! lo mau nyuri kali! secara punya gue kan lebih mahal!"

"Jaga ucapan kamu!" cetus Shasyania.

"Lo yang harusnya jaga sikap jangan jadi pencuri di sini!" Rissa masih kekeh dengan tuduhannya, meskipun ia tahu Shasyania tidak mungkin mencuri tapi entah kenapa ia ingin sekali gadis itu di cap buruk oleh orang-orang di sekitarnya.

"Daripada kamu menuduh tanpa bukti lebih baik kamu cek di sana!" tunjuk Shasyania kearah CCTV, ia menyajikan bukti untuk seseorang yang asal menuduh karena benci.

"Maksud lo apaan? lo nantangin gue?"

Braaak!

Seakan tidak mau kalah kali ini Shasyania lah yang ikut menggebrak meja dan hal itu sukses membuat Rissa tidak bergeming.

"Kamu memang berhak bertanya tapi jangan menuduh! Mulut memang digunakan untuk berbicara, tapi OTAK juga di gunakan untuk berpikir!" pungkas gadis itu bersama jari telunjuk menunjuk kepala.

"Gileee, si Rissa sampek gak bisa nyaut!"

"Fitnahnya gak ngotak, sih!"

Rissa yang mendengar ocehan dari beberapa orang menjadi semakin geram, tangannya mengepal keras menatap Shasyania penuh amarah.

"Berani lo, ya!"

"Kenapa? Mau kayak kemarin lagi, mainnya keroyokan?"

Rissa berniat menyerang namun belum sempat mendekat sebuah bolpoin melayang tepat di antara Rissa dan juga Shasyania.

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang