Chapter 17 : Praduga

69 6 0
                                    

(Flashback on)

"Rin, pelajaran Fisika kali ini ada PR gak, ya?"

"Enggak! kan terakhir dapat pelajaran kita pulang awal Nit, guru rapat."

"Terus kalau hari ini Rin? apa kita pulang awal lagi?" tanya Dino.

Ririn memutar bola matanya malas, akibat sering mendapati pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya merasa jengah.

"Gak ada!" tegasnya.

"Perhatian... bagi perangkat kelas! jangan cari guru! biasakan asik! gak perlu sok pintar, belum tentu jadi Menteri juga!" seloroh Dariel, mengarah pada Ririn dan juga Andri.

"Gue mah oke oke aja, asal si Andri setuju," sahut gadis itu, seraya menunjuk orang yang ia maksud menggunakan ujung matanya.

"Denger lo, Dri? JANGAN CARI GURUNYA! Kita semua lagi males belajar!" seru Dino.

Bukannya menjawab Andri justru berjalan menuju pintu seakan enggan untuk menanggapi keinginan temannya, "Rin, kalau lo masih ingat tanggung jawab, ikuti gue!" ucapnya tegas.

"Cih, bocah itu dari dulu paling gak bisa di ajak seneng! kaku kayak kanebo kering! Geonevan yang pinter aja gak pernah ngeluh kalau gak belajar! Ehh ini si Andri, sok-sokan rajin! kayak bakal jadi penjabat aja tuh orang!" sindir Dino, pikirannya kembali berkhayal jika saja ketua kelasnya itu pindah maka kesejahteraan kelas XI IPA 1 akan lebih meningkat.

🍂🍂🍂

Pak Rivat, nama salah satu guru yang termasuk dalam jajaran penuh wibawa, suaranya yang terdengar berat kini mendominasi ruangan kelas, hingga beberapa murid menatapnya segan.

Santai dan tegas itulah cara dia menjelaskan materi, lalu di pertengahan jam pelajaran ia selalu menyelipkan beberapa soal untuk langsung di kerjakan.

"Shasya kok belum masuk kelas, ya?"

"Di toilet mungkin!"

"Ah, masak di toilet lama banget!"

"Mana gue tau! atau mungkin... keras kali!" ucap Dino, mengada-ada.

"Apa di UKS, ya?"

Tak!

"DINO, BIRU! KALIAN INI SERING SEKALI KEDAPATAN BERISIK DI KELAS! MAJU SINI KERJAKAN SOAL NOMOR TIGA!" tunjuk Pak Rivat, saat beliau mendapati anak didiknya tengah asik berbincang sampai mengabaikan penjelasannya di depan sana.

"Sial! ini semua gara-gara, lo!" umpat Dino, sepenuhnya ia menyalahkan keadaan itu pada Biru.

"CEPAT MAJU! ATAU BAPAK BAWA KALIAN KE RUANG BK?"

Mendapat ultimatum seperti itu membuat Biru dan Dino terpaksa mengayunkan kakinya ke depan, mereka berdiri di hadapan puluhan siswa yang menatap dengan raut mengejek.

"Rasain! lemes sih kayak cewek!" sindir Rissa.

"Mampus kalian! itu adalah balasan karena udah ngetawain kita pas roll back roll kemarin!"

"Jangan diungkit-ungkit lagi! males banget gue!" sergah Rissa.

"Apa yang kalian bicarakan di sana? sampai tidak memperhatikan Bapak yang jelas-jelas tengah menjelaskan materi! apa kalian merasa pintar? sampai tidak perlu dijelaskan lagi? Atau suara Bapak kurang jelas? jika iya, maka setiap pelajaran Bapak kalian wajib duduk di depan! mengerti?" selidik Pak Rivat.

"Mengerti atau tidak? kenapa tidak jawab? tadi di pojokan sana asik betul kalian bicaranya, sekarang sudah Bapak kasih kesempatan kalian justru diam seribu bahasa! Aduuuhhh! Generasi macam apa kalian ini!" imbuhnya dengan nada menyindir.

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang