Chapter 40 : Rasa ingin menahan

28 1 0
                                    

"Kak, kali ini antar aku ke Rumah Sakit XXX, yaa?"

"Siaap!"

"Untuk pulangnya nanti, kakak gak perlu nungguin Shasyaa."

"Kenapa? bukan karena kamu enggak enakan lagi kan, Sha?" protes Ningrum, karena beberapa kali sudah Shasyania kedapatan seperti segan untuk menghubunginya.

"Enggak, kak."

"Mhh, baguslah! seperti yang kakak bilang, kakak perlu list perjalanan kamu untuk tugas kakak, jadi jangan ragu kalau kamu butuh tumpangan yaa?"

"Iyaa kak, makasih."

Mobil sedan itupun melaju membelah jalanan, dan sesaat setelah Shasyania sampai pada lokasi tujuan sebuah mobil sport mulai terparkir di sebelah kirinya, dan jika dilirik dari kaca pengemudi, maka tampaklah seorang Geonevan yang begitu gagah tengah membuka pintu.

Blag!

"Udah lama?" tanya laki-laki itu ramah yang membuat Shasyania sedikit mengernyit kikuk, ini seperti kebetulan beruntung yang membuatnya selalu bersinggungan dengan sosok Geonevan.

"Oh enggak, baru ajaa," sahutnya, mencoba terbiasa dengan perubahan sikap Nevan yang sebenarnya masih membuatnya was-was.

Shasyania bermaksud balik bertanya untuk mencairkan suasana, namun diurungkannya saat laki-laki dihadapannya itu tengah melakukan panggilan telepon.

"Duluan ya," pamit Nevan tanpa melirik, mengayunkan langkah jenjangnya menuju lobby, tersenyum lalu tertawa itulah ekspresi yang Shasyania tangkap ketika sesekali menatap kepergian Nevan sampai perhatiannya mulai teralih saat namanya dipanggil begitu lantang.

"SHASYAAAA!"

"Woi, Neita! masukin gak kepala lo!" bentak Biru, yang sekarang sedang berperan sebagai supir untuk keempat temannya.

"Biarin aja, Ru! tingkah dia mengingatkan gue sama Moly!" cela Dino.

"Moly? bukannya itu nama anjing lo?"

"Betul! anjing penurut yang sukanya ngeluarin kepala di kaca mobil!" Terdengar mencela meskipun di kemas dengan penjelasan biasa.

"Heh! ceritanya lo lagi nyamain gue sama anjing? tapi kenapa muka lo yang lebih mirip anjing tetangga gue, ah?" sarkas Neita, tidak mau kalah.

Ririn yang berada di samping Neita mulai menghela nafas, seperti sudah lelah dengan kelakuan teman-temannya, "Daripada kalian anjing-anjingan, mending bahas kucing! itu hewan juga enggak kalah lucu, kok!"

"Berisik!" sentak keduanya kompak.

"Yeeee, gak ngaca apa? Aaah, daripada gue pusing dengerin kalian bertengkar, mending gue cepat-cepat keluar buat nyari udara segar!" imbuhnya, yang sudah turun dari dalam mobil, lalu menghampiri Shasyania.

"Shaaa, lo udah lama nungguin kita?"

"Iyaa, udah sejam lewat!"

"Seriusan?"

"Haha, enggak bercanda."

"Woww! ini kita mau syukuran, apa mau jenguk orang sakit? banyak banget bawa pasukan!" sentak Dariel yang juga ikut merapat bersama Yeron.

"Entar masuknya giliran, jangan rame-rame, malu kalau sampai di tegur!" jelas Yeron.

"Setuju! dibagi lima orang! sisanya nunggu giliran!" ucap Andri sang ketua kelas.

Namun bukannya menjawab sesuai konteks, Neita malah terlihat kegirangan sendiri, "Eeeh, eh! tahu gak? gak tahu kenapa ya... tapi kalian sama gak kayak gue? sama-sama excited gitu kalau lagi jenguk orang sakit, apalagi sampai ke rumah sakit! duh, rasanya kayak gimana gituu!"

Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang