Chapter 41 : Kedua kalinya

25 1 0
                                    

Lima jam, adalah waktu yang dihabiskan Shasyania untuk menjaga dan merawat Gemmi selayaknya perawat, hingga pada akhirnya mentari berganti rembulan baru saat itulah gadis itu terbebas dari tugas dadakannya.

Lelah? raut itulah yang tercetak jelas dari pancaran wajah Shasyania, rasanya ingin sekali menghela nafas, lalu berteriak sekencang mungkin, andai saja bisa, pasti rasanya akan sangat melegakan.

Bak terbelenggu diantara tali yang tak kasat mata, hatinya pun mendingin, pikirannya melalang buana entah kemana, sampai lamunan itu buyar saat lampu sorot mengarah tepat kearahnya.

Crrrt!

Terang, begitu menyilaukan mata, sampai-sampai membuat kedua tangan gadis itu refleks terangkat menghalau cahaya tersebut.

"Masuk!"

Suara itu, suara yang begitu familiar di gedang telinga Shasyania, ia hafal betul siapa pemilik dari intonasi tersebut.

"Ayo masuk, antrian di belakang semakin panjang!" kembali berucap bahkan sekarang orang itu mengikutsertakan tangannya untuk memberi isyarat agar Shasyania bergerak sesuai apa yang di minta.

Blag!

"Kamu kenapa masih di sini, Geonevan?"

Nevan diam namun tubuhnya semakin condong mendekati Shasyania, sontak pergerakan tersebut membuat Shasyania bergerak menjauh sembari menyilang kedua tangannya di depan dada. Ini adalah pertahanan alami saat seseorang merasa terancam.

"Ck!" Nevan berdecak, mata itu menuntun agar Shasyania melihat arah pandang yang coba Nevan perjelas.

Cklik!

Haruskah Shasyania merasa bersalah ketika awalnya berprasangka buruk?  Karena ternyata Nevan hanya membatunya untuk memasang sabuk pengaman.

"Mikir apa tadi?"

Pertanyaan tersebut jelas membuat Shasyania seketika menggeleng malu. Ini adalah hal yang sangat sulit untuk diuraikan, tapi yang jelas berdekatan dengan Nevan membuat perasaannya tidak menentu, bahkan untuk menatap matanya saja Shasyania harus mengumpulkan segala keberanian. Tarikan itu begitu kuat hingga rasanya jika terjebak maka selamanya ia akan tertahan.

"Kamu belum jawab, kenapa kamu masih di sini?" kini giliran Shasyania yang kembali melayangkan pertanyaan.

"Nunggu ngajak makan, lo belum makan, kan?"

"Sudah tadi."

"Masih ada ruang gak?" belum puas dengan jawaban Shasyania, hingga Nevan mencari celah lain, lebih tepatnya memaksakan kehendak agar berjalan sesuai keinginannya.

"Aku mau pulang saja, Geonevan."

Deg!

Alis Nevan berkerut setelah mendengar jawaban yang diutarakan Shasyania, dan lucunya lagi buah dari keterkejutannya tersebut bukannya menurut namun lebih kearah mengikuti keinginan pribadi, ia tidak terbiasa akan penolakan apalagi saat merasa dirinya bukan pilihan.

"Kita makan di sana!" tegasnya, seraya membelokkan stir kemudi, tanpa menunggu persetujuan dari pihak yang diajak.

🍁🍁🍁

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mine ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang