🔞🔞🔞 AREA!!!
❥ Bagaimana jadinya jika satu orang uke manis yang keras kepala memiliki lebih dari satu kekasih yang super protektif? Kim Jongdae memiliki lebih dari seratus kisah dengan banyak lelaki yang begitu mencintainya.
Bacalah kumpulan cerbu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❥❥❥ Pertama kali Kim Minseok merasakan cemas yang amat sangat adalah ketika dia yang masih di sekolah pada jam pelajaran mengetahui dari seorang tetangga yang berlari menemuinya di sekolah bahwa adik perempuan satu-satunya jatuh dari motor, lutut kecilnya berdarah cukup banyak. Minseok ingin cepat-cepat menemui sang adik, tetapi sekolah belum selesai, sepanjang pelajaran dia terus bergumam cemas dan ketika bel pulang berbunyi tanpa pikir panjang Minseok lekas berlari menembus apa pun yang menghalanginya seperti orang kesetanan; menemui sang adik.
Saat ini perasaan yang sama muncul kembali, rasa cemas, panik, khawatir, dan ... hmm, merasa bersalah? Semuanya bercampur menjadi satu, mengaduk-aduk emosi Minseok hingga titik terdalam hatinya. Membekukan pipi seputih kapasnya yang kedinginan terkena embusan angin malam yang seakan menyayat-nyayat kulit.
Setelah mengetuk beberapa kamar penghuni flat lain, akhirnya Minseok mendapatkan pinjaman kotak P3K dari kamar seorang gadis manis asal India yang mendapatkan beasiswa di Korea Selatan, tanpa menunggu apa pun lagi Minseok langsung bergegas menuju ke kamarnya, hampir-hampir kedatangan Minseok membuat jantung Jongdae copot ketika laki-laki itu dengan bar-bar membuka pintu hingga hampir mendobraknya. Napasnya terengah-engah, setelah menutup pintu kamar mereka, Minseok berlutut memeriksa paha Jongdae yang masih terus mengeluarkan darah segar hingga mengotori lantai.
Minseok meringis ngeri melihat luka tersebut, dengan tangan agak gemetar dia membuka kotak putih dengan simbol palang merah tersebut, mengeluarkan kapas dan alkohol, membersihkan luka tusukannya.
“Ini mungkin akan terasa perih, tapi hanya sesaat,” ujar Minseok sambil menatap wajah Jongdae cemas. “Tahan sedikit saja, ya.”
Tetapi, Jongdae justru menertawainya. “Hyung kamu seakan tengah mengoperasiku tanpa obat bius saja.” Itu adalah cara Jongdae untuk mengatakan bahwa Minseok terdengar sangat berlebihan, tapi sedetik kemudian Jongdae menyesal, entah Minseok yang tengah balas dendam atau memang ternyata rasanya seburuk ini? Jongdae berteriak tertahan ketika Minseok mulai mengolesi lukanya dengan alkohol dan antiseptik. “Ahhh.”
Jongdae mencengkeram bahu Minseok kuat guna menyalurkan rasa perihnya, air mata hampir-hampir tumpah ruah di pelupuk matanya, sambil terus melirik Minseok yang tengah fokus membersihkan darahnya, Jongdae mengigit bibir bawahnya kuat agar tak berteriak seperti tikus terjepit.
“Jongdae?” panggil Minseok.
“Iya?” jawab Jongdae, “kenapa Hyung?”
Minseok terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya dia mengembuskan napas dan kembali berujar, “Bisakah kamu melepas celana pendekmu agar aku lebih leluasa untuk melilitkan perbannya?”
Pipi dan daun telinga Jongdae tiba-tiba memerah, dia malu, tapi dia tak memiliki pilihan lain.
“Jongdae?”
Jongdae mengangguk. “Iya, sabar sebentar aku akan melepaskannya.” Dengan susah payah, Jongdae berusaha melepas celana polkadot tersebut, rasa perihnya jadi semakin menggerikan ketika dia bergerak meski hanya sedikit.