74. The Alien Invaders #LayChen

84 9 6
                                    

BOOMMMM!!

Ledakan dahsyat membakar salah satu kastil milik makhluk asing itu menarik perhatianku yang tengah berada jauh di area pemukiman mereka, apinya membumbung tinggi hingga menyerupai kepala jamur dengan aliran petir.

"Menurutmu apa yang sedang terjadi di sana?" Lay naik ke atas pohon di sekelilingnya kami dan melihat kejadian itu lebih dekat dengan teropong.

Aku melompat ke salah satu pohon dan bergelantungan di atas nahannya, menyipitkan mata berusaha melihat lebih jelas.

"Sebelumnya mereka tidak pernah seperti ini, mereka selalu tenang dan misterius," kataku menimpali Lay, "pasti ada sesuatu."

"Dan menurutmu, sesuatu apakah itu?"

"Haruskah aku peduli?"

Tiba-tiba Lay melempar teropongnya padaku, aku menangkapnya dengan sedikit kewalahan, kemudian melihat apa yang terjadi di depan sana dengan teropong tersebut.

"Jidat lebarmu seakan mengatakan AKU SANGAT PENASARAN!"

Aku berdecak mendengar sindirannya, sial Lay selalu bisa menebak isi pikiranku.

Ledakan yang tadi ku lihat kini mulai membakar habis setengah bagian kastil megah itu, apinya dengan cepat merambat ke tempat-tempat lain seperti seekor ulat memakan dedaunan.

Ratusan zombi terlihat lari kocar-kacir menghindari semburan api, kebanyakan mereka telah mati terpanggang hidup-hidup. Meski tak dapat mendengar suara mereka, ku tahu mereka pasti sedang berteriak kesakitan.

Seharusnya api seperti itu dapat dengan mudah makhluk-makhluk itu padamkan, bukan?

Tapi yang ku lihat justru diluar dugaan. Para makhluk asing itu mengabaikan apinya, mereka membiarkan bangunannya runtuh terlalap si jago merah, lantas mereka pergi begitu saja ke dalam tanah bagai memakai sebuah lift kasat mata.

Yang ku yakini, mereka tak mungkin menghancurkan rumah mereka sendiri. Tak mungkin juga para zombi yang melakukannya; mereka lemah jika dibandingkan dengan kami.

Aku melepas teropongnya. "Sudah lama kita tidak pulang, mungkin sekitar 15 hari?" kataku tiba-tiba, "Lay, ayo kita pulang."

Lay cuma mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Kau pasti akan melakukan hal gila lagi, 'kan?"

Aku tertawa, kemudian melompat turun dari atas pohon.

"Jika ingin bertahan di dunia yang gila, maka kita juga harus menjadi orang yang gila."

Lay menyusul ku, dia melompat dari atas dan mendarat di belakangku. "Agar kau tidak mati begitu saja, aku akan ikut denganmu."

Meski kita baru mengenal satu sama lain setelah makhluk-makhluk itu datang menguasai bumi kami, tapi aku senang bisa mengenal Lay, karena berkatnya aku kembali merasa hidup dan memiliki tujuan untuk bertahan di dunia yang telah berubah ini.

Lay kembali mengenakan topi capingnya, pun dengan aku hingga topi ini menutupi setengah dari wajah bagian atas kami termasuk mata dan hidung hingga cuma menyisakan bibir sampai dagu.

"Ayo!"

Kami berdua berlari saling bersisian membelah kabut keunguan yang tersebar di seluruh kedalam hutan.

Dalam kegelapan yang setiap waktu mencengkeram pikiran kami, di antara setitik cahaya kemerahan menyilaukan mata, sepasang kakiku tertarik berlari menghampiri mereka, menyibakkan jubah hitam kumal setiaku yang menjuntai hingga semata kaki dengan topi caping menutupi sebagian wajahku.

Kami berdua melewati banyak pohon maple yang daunnya berguguran sebelum melewati Gerbang Kehancuran yang diapit sepasang tugu patung monster yang bagai sensor detektor menuju pemukiman makhluk-makhluk itu.

REVERSE HAREM (EXO CHEN UKE) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang