BAB 36 : BENCI

1.4K 82 1
                                    

Selamat membaca
Maaf jika terdapat banyak typo🙏🏻🙏🏻




.
.
.
.
.








Hari ini Flora terkejut karena kedatangan tamu tak di undang di rumahnya ah tidak rumah Jessica maksudnya. Max dengan setelan seragam sekolah yang begitu rapi dan dua kakak beradik yang sangat - sangat berbeda. El dengan seragam acak - acakan dan Ed dengan hoodie yang dilapisi Jaz sekolanya.

Ketiga lelaki itu berniat menjemput satu gadis yang kini memandang jengah mereka, Abi dan Shela yang mendapati anak gadis mereka di jemput tiga lelaki mengernyit bingung.

"Sayang, temennya di bawa masuk dulu." Ucap Shela dengan nada lembut makin membuat ketiganya mencati perhatian, tersenyum manis seolah memang sedang bersaing merebutkan cinta sang anak.

"Gak usah Ma, mereka cuma mau liat rumah kita. Bukan temen aku." Ucapan Flora membuat mereka tersentak.

"Lah dikira mau beli rumah."

"Gak ada tulisan rumah di jual." Gumam ketiga nya semakin membuat Shela dan Abi merasa tidak enak, apalagi kedua remaja di depan rumahnya ini adalah anak dari boss ditempatnya bekerja.

"Ehemm!! Jessi gak baik sama temen begitu. Ehmm yaudah mumpung masih jam enam kalian masuk aja dulu ikut sarapan." Ajak Abi membuat ketiga nya sumringah sedangkan Flora sudah lebih dulu masuk.

Hell bagaimana bisa, dia saja baru selesai mandi belum juga berseragam. Mereka sudah setiap di depan pintu rumahnya jelas saja mengejutkannya. Lagipula maksud mereka bertiga datang menjemputnya ini apa?

"Lo bedua ngapain pake jemput Flo." Protes El dengan menunjuk Max dan Ed.

"Ya terserah gue lah, gue abangnya! Ini bocah juga ngapain!" Sahut Edgar sewot sembari menatap Max. El yang mendapat jawaban tak mengenakan dari Ed hanya bisa mendengus. Rencana nya memang ingin menjemput Flora agar dirinya dapat mendekati sang adik.

"Kalian yang ngapain, yang tunangannya siapa!" Celetuk Max dengan nada rendah, memang saat ini mereka sedang berjalan menuju ruang makan.

"Ehh sembarang lo, jangan lo samain lah. Kan beda fisik!"

"Tapi hatinya sama."

"Ahh sok--"

"Silahkan - silahkan jangan sungkan!" Perdebatan mereka terhenti kala Shela menawarkan makanan di atas meja makan tersebut. Terdapat nasi goreng dan telor ceplok yang menggugah.

"Maaf ya, kalo sarapannya gak kayak dirumah kalian." Ucapan basa - basi Abi membuat ketiganya tersentak. Memang betul, menu setiap hari mereka pasti lebih dari dua jenis. Ketiganya tersenyum maklum, mereka tau Jessica berasal dari keluarga sederhana namun tetap harmonis.

"Gak papa kok Om, kita juga biasa makan seperti ini."

"Ahh jangan merendah El, Om tau kok setiap pagi menu makanan rumah mu udah kayak acara makan malam. Hahah.." El dan Ed langsung terdiam mendengar ucapan Abi, seolah lelaki itu menolak akrab dengan keluarganya.

"Oh ya, kalian bertiga dateng kerumah Jessi pagi - pagi mau jemput anak Om kah?" Pertanyaa tiba - tiba Abi membuat ketiganya menegakkan kepala dari sepiring nasi goreng dengan telur ceplok tersebut sedangkan Flora yang namanya disebut ikut melihat tatapan segan Ayahnya. Flora seakan tau perasaan Abi, lelaki itu pasti merasa segan dengan kedatangan mereka bertiga, bukan apa - apa. Ayahnya sudah trauma dengan anak konglomerat, Abi hanya tidak ingin anaknya tersesat dengan hubungan percintaan yang sulit.

Bukan Abi bodoh atau apa, ia tau jika seorang anak remaja memanglah sedang menggebuhnya rasa cinta. Tapi, sebagai orangtua Abi tak ingin anaknya terjebak dengan hubungan yang jomplang, jika saja ketiga anak remaja lelaki di depannya ini berasal dari keluarga sederhana mungkin Abi akan legah atau paling tidak mudah membaur.

FLORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang