BAB 12 : FEAR OF GOD

3.8K 264 1
                                    

Selamat Membaca ~~
.
.
.
.
.
.
.
.


Setelah membersihkan dirinya Max keluar dari kamar mandi dengan setelah celana jeans dan juga hoodie putih yang ia ambil tadi. Kulit putih laki - laki itu sangat kontrak dengan hoodienya terkadang membuat sahabat nya iri, kenapa ada pria dengan kulit begitu putih.

"Nyet, lu kalo pake baju yang warna laen napa? Ntar kagak bisa di bedain sama dinding noh!" Protes Damar saat melihat Max sudah tampan dan segar.

"Lo nasehatin apa iri?" Pancing El dengan wajah menyebalkan, membuat Damar mendelik kesal.

"Biarin aja udah, ntar berguna pas mati lampu."

"Lah?" Sahut Ed bingung.

"Lah iyak, kalo mati lampu ruangan bakal terang karena hoodie ama kulit die." Jawab Ardan dengan logat betawi padahal muka oppa - oppa.

"Hemm kirain apa? Tapi, iya juga sih." Sahut El sembari mengangguk setuju.

"Ngomongin orang lu pada juga! Itu kulit suntik putih atau gimana sih!" Celetuk Tasya dengan menunjuk si kembar.

"Keturunan lah Tas, bukannya elo sipit doang tapi Brownskin." Komentar Ardan kemudian.

"Anyink! Mandang fisik!"

Max hanya geleng - geleng kepala melihat tingkah teman - temannya, kemudian laki - laki itu berjalan ke arah dapur dan menyeduh Popmie rasa kari disana. Hemm makanan insta memanglah menu favorite mereka.

Gracia yang melihat Max diam - diam menyeduh mie ikut beranjak dan mendekati pemuda itu. Sedangkan yang lain sibuk dengan kegiatan lain, Damar dan El bermain playstation, Ardan dan Ed menunggu giliran dengan mengunyah snack kacang, kecuali Galih terlihat sedang beribadah di ruangan khusus sholat. Sedangkan Tasya dan Helena sibuk berkaca dan berselfie ria.

"Pada gak sholat Ashar?" Tanya Max tiba - tiba duduk disofa depan tv, setelah menyeduh mienya lelaki itu beranjak dari dapur tanpa alih menegur Gracia yang cengoh ditinggalkan begitu saja.

"Max, maaf gua non muslim." Jawab Damar dan juga Tasya bersamaan.

"Gak nanya lo bedua." Damar dan Tasya seketika kicep.

"Ashuuu.. kaa kamu, aakuu sukka kamu!" Umpatan Damar tak jadi perkara lototan mata Max, gila ni sahabat serem juga.

"Noh Gracia!"

"Lah kenapa?"

"Gak papa Grac, gue cuma heran aja nama lo Kristenable tapi lo islam."

"Emak gue mualaf kalo lo lupa!" Jawab Gracia sembari menimpuk kepala Damar menggunakan bantal sofa.

Brugh..

"Kejam sekali ibu Gracia!"

"Buru, waktu Ashar gak banyak!" Peringat Max lagi, bengis - bengis begini Max cukup rajin beribadah, meskipun keluarganya tidak. Ya bisa dikatakan bahwa Max adalah salah satu keluarga Smith yang pindah Agama, keluarganya banyak menganut Kristiani sedangkan ia ikut beragama seperti Sang Ayah yang Mualaf dan Ibunya yang islam dari lahir. Bisa di bilang Alberto dan istri serta dirinya yang seorang Muslim jika sudah bergabung di keluarga Smith.

"Bentar Max lagi seru." Jawab El.

"Ya seru, semoga aja Allah cabut nyawa lo pas lagi seru itu."

"Astagfirullah Max kalo ngomong suka serem!"

"Lo udah?" Tanya Ed setelah keluar dari ruang berwudhu dekat dengan ruangan sholat mereka, bukan ruangan sih, hanya sekat transparan saja.

lelaki itu langsung mengambil wudhu saat pertanyaan pertama Max tadi.

FLORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang