BAB 1 : GADIS MALANG

8.5K 418 3
                                    

FLORA CAMELIA JONSHON adalah gadis pemalu dan kaku, berwajah dingin dan tak banyak bicara, gadis malang yang kekurangan kasih sayang karena tak pernah dianggap sang Ayah dan saudara – saudaranya. Anak bungsu dari empat bersaudara.

Flora adalah anak bungsu dari keluarga Jonshon yang lahir tepat pada tanggal 01 september 2006. Ayahnya bernama Evan Mahendra Jonshon dan ibunya Camelia Veronica . Camelia meninggal tepat dihari lahir Flora membuat sang Ayah membenci dirinya hingga saat ini.

Gadis berusia lima belas tahun itu mempunyai tiga saudara laki – laki, pertama adalah Gavin Evander Jonshon, kedua dan ketiga merupakan anak kembar yang bernama Elvio Oliver Jonshon dan Edgar Fernandez Jonshon.

Flora hidup dengan kesedihan mendalam setiap kali memperingati hari lahirnya pasti keluarganya makin membenci dirinya karena hari itupula tepat hari kematian Ibunya maka dari itu dirinya menjadi pribadi yang tertutup. Flora sebenarnya gadis yang periang tapi sifat itu hanya diketahui oleh laki – laki yang menjabat sebagai tunangannya dan merupakan teman satu – satunya yang ia miliki sejak kecil yang bernama Maximillian Smith, tapi dengan kehadiran Max saja tak cukup membuat nya bahagia hingga memutuskan bunuh diri demi keinginan sang Ayah.

SEPULUH TAHUN LALU ~

(FLORA usia lima tahun..)

"Ayah..." Panggil gadis kecil bergaun pink dengan senyum merekah, gadis kecil itu mendekati sang Ayah yang tak begitu senang melihatnya. Tanpa melihat raut wajah suram Sang Ayah, Flora berlari semakin kencang dan memeluk kaki lelaki dewasa itu dengan erat.

"Pergi!" Ketus Evan tanpa melihat wajah putrinya.

"Ayah.. Flora dapet nilai seratus disekolah."

"Saya tidak peduli anak sialan!" Marah Evan sembari menyentak tangan mungil yang memeluk kaki nya itu, Flora terdorong karena sentakan sang Ayah membuat mata abu miliknya berkaca – kaca.

"Ayah—"

"AYAH!!!" Evan menoleh mendengar teriakan kedua anak kembarnya.

"Jagoan Ayah! Jangan lari – lari sayang nanti jatuh." Mendengar ucapan sang Ayah yang begitu lembut dan penuh sayang itu membuat hati Flora sesak, mata abu itu tak terelakan kembali meneteskan airmatanya. Sejak dulu Ayahnya tak pernah melihat kearahnya, Flora sempat mengira dirinya hanyalah anak angkat ataupun anak yang dipungut oleh Evan, tapi semua itu di tepis oleh dirinya karena ia begitu mirip dengan sang Ibu, Flora pernah melihat wajah ibunya di kamar sang Ayah dan tentu saja di ruang tamu mansion besar ini. Meskipun dirinya masih berusia lima tahun ia sudah bisa mengerti keadaan ini, keadaan yang membuatnya dewasa. Flora dan saudara lainpun mempunyai mata yang sama, kenapa bisa sang Ayah begitu membencinya.

"Ayah, El dapet nilai seratus di ulangan harian." Sahut sang kakak keduanya, sedangkan Ed hanya diam namun tak urung juga memberikan lembaran ulangan harian miliknya.

"El dan Ed memang pintar, anak Ayah hebat!" Sahut Evan dengan senyum tulus, Flora terdiam melihat senyum manis milik Ayahnya yang tak pernah ia dapatkan itu.

"Ayah, malam ini kita makan di luar sesuai janji Ayah." Evan menganggukkan kepalanya, ia memang menjanjikan makan malam di sebuah restaurant kepada anak – anaknya jika mereka mendapat nilai yang bagus di dalam tugas sekolah mereka.

El dan Ed tersenyum sumringah melihat sang Ayah menempati janjinya kedua nya langsung menerjang Evan hingga lelaki paruh baya itu kewalahan menyambut serangan anak – anaknya.

Kedua kakaknya Elvio dan Edgar melirik Flora dengan wajah dingin, bocah berusia tujuh tahun itu menatap datar adik bungsunya yang sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang Ayahnya, bahkan kedua nya pun berlaku dingin dengan adiknya sendiri karena hasutan dari sang Ayah yang melarang mereka berdua bermain dengan Flora. Saat itu El dan Ed masih berusia dua tahun, keduanya masih membutuhkan kasih sayang, tapi sang Ibu malah rela mengorbankan nyawanya demi melahirkan anak yang belum melihat dunia sama sekali.

FLORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang