BAB 45 : TERLANJUR TERLUKA

2.1K 101 6
                                    

Happy Reading!

Maaf jika terdapat typo..

.
.
.
.






Setelah bersih pintu kembali terbuka, terdapat Evan memasuki ruangan dengan sebuah kursi roda. Bisa dipastikan perginya Evan berjam - jam lalu pasti lelaki itu memesan kursi roda dari Rumah Sakit.

Evan tersenyum melihat putrinya yang kembali segar dan berseri. Lelaki itu mendekat dengan kursi roda di tangannya. Evan mengelus rambut putri nya pelan kemudian tanpa kata mengangkat Flora dan mendudukan gadis itu ke kursi roda.

"Apa yang anda lakukan Tuan."

DEG

jantung Evan berdetak kencang kala mendengar ucapan dingin putrinya. Tuan?

"Flora putri Ayah! Kenapa memanggil seperti itu sayang."

"Putri? Sejak kapan?" Flora menongak kearah Evan. "Apakah sejak aku diambang kematian?" Ucap Flora tajam dengan mata tak lagi berbinar menatapnya, kini hanya mata tajam nan dingin memandangnya. Evan terdiam seribu bahasa karenanya putrinya terlanjur sakit hati.

"Flora.."

Flora terdiam hatinya sakit, sesak di dada nya tak bisa terelakan saat melihat Evan meneteskan airmatanya mengenggam tangannya. Lelaki itu duduk di hadapannya. Di kursi roda yang terkunci ini Evan menundukkan kepalanya memohon maaf atas semua perlakuannya kepada Flora.  Margaret kemudian berjalan pelan keluar ruangan.

"Flora, Ayah mohon maafkan Ayah atas apa yang Ayah lakukan kepadamu sayang, Ayah mohon. Ayah rasanya ingin mati saja saat melihat kamu terbaring dengan banyak darah dimana - mana, Ayah bohong. Ayah gak sanggup lihat kamu ngelakuin itu. Ay- Ayah... "

"Ayah menyesal telah menyia - nyiakan kamu, Ayah memang Ayah yang buruk. Ayah gak pantes mendapat maaf kamu, tapi Ayah ingin egois Ayah gak mau kehilangan kamu nak. Ayah mohon beri Ayah kesempatan sekali saja untuk menjadi Ayah seutuhnya bagimu."

Flora memalingkan wajahnya tak ingin menatap Evan yang bersimpuh di depannya. Sungguh perkataan terakhir Evan sangat menyakiti relung hatinya. Kenapa? Kenapa sekarang rasanya Flora tak sanggup mengabaikan Evan, lalu dulu saat - saat Evan tak sekali pun melihat kearahnya lelaki itu tega. Kenapa Tuhan menciptakan hatinya yang rapuh dan lemah seperti ini. Kenapa dirinya tak bisa menjadi seperti Evan yang bisa menajdi manusia tak peduli. Kenapa hatinya selemah ini.

"Ay- Ayah...."

"Iya sayang?" Evan menongak melihat putrinya dengan mata sembab, mata putrinya pun memerah.

"Apa Ayah sangat menyesainyal?" Evan terus menganggukkan kepalanya berulang kali mengucap maaf.

"Iya sayang! Ayah sangat menyesal telah menyia - nyiakan kamu Nak. Pada akhirnya Ayah tetap gak sanggup kehilangan kamu. Ayah mohon beri Ayah kesempatan untuk menjadi sosok Ayah yang mencintai putrinya."

"Flora maafin Ayah." Kata itu, satu kalimat lirih putrinya membuat Evan membeku. Lelaki itu langsung memeluk erat putrinya. Putrinya dengan Camella.

"Terima kasih sayang, terima kasih. Terima kasih sudah kasih Ayah kesempatan."

"Tapi bukan berarti Flora izinin Ayah untuk seperti ini. Semua perlakuan Ayah dulu memang sudah Flora maafkan. Tapi Flora mohon jangan seperti ini Flora butuh waktu. Tolong lepaskan."

DEG

Evan melepaskan pelukkannya, putrinya tak sudi berada dalam pelukkanya. Apakah seperti inilah perasaan Putrinya dulu. Dulu bahkan Flora tak pernah sekalipun ia pedulikan apalagi dipeluk olehnya. Inikah? Inikah rasanya, sungguh menyakitkan. Sesak di dadanya sudah menggambarkan perasaan anaknya dulu.

FLORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang