BAB 40 : MEMBAHAS TEROR

808 57 3
                                    

Happy Reading!!

Maaf jika terdapat typo...
.
.
.
.
.




"Teror ini juga alasan kuat Flora buat bunuh diri." Ucapan Max makin membuat El dan Ed bergetar, bagaimana bisa mereka tidak mengetahui yang adiknya lakukan. Teror yang berbulan - bulan menghantui gadis itu sendirian.

"Flora.. abang gak pantes di sebut seorang abang." Gumam Ed dalam hati, lelaki itu tampak kacau.

"Gila si, gue yang laki aja rada gimana liat semua ini apalagi Flora yang masih lima belas tahun." Celetuk Ardan memecahkan suasana hening disana.

"Kayaknya semua teror ini gak dateng di saat berdekatan deh, lo liat aja semua kertasnya. Gak dengan bentuk dan warna yang sama." Selah Galih sembari memperhatikan kertas - kertas kumuh yang penuh bercak darah tersebut.

"Hah gila bisa jadi Flora dapet teror ini saat dia masih Smp? SD? Astagah." Syok Damar menimpali.

"Bro adek lo dalam bahaya selama ini lo pada kagak tau?" Ed dan El terdiam mendapat pertanyaan tersebut.

"Gue yang deket sama dia aja gaktau."

"Itu wajar Max, kan lo di Amrik selama ini."

Max menghelah napasnya gusar, lelaki itu kemudian memberikan ponsel Flora kepada mereka untuk memperlihatkan pesan text dari nomor yang tak dikenal yang selama ini juga meneror Flora melalui pesan.

Pesan text tersebut juga tak jauh berbeda berisi ajakan untuk mati dan ancaman terhadap keluarga gadis itu, seberapa baik hati adiknya masih mau melindungi keluarganya yang bahkan tak menganggapnya ada.

"Sekarang lo berdua udah tau kan, Flora menahan semua rasa sakit, takut dan gelisahnya seorang diri. Bahkan untuk bersandar di kala sakit dan teror itu datang pun gadis itu gak ada pilihan. Gue- gue ngerasa gagal jadi kekasih adek lo saat tau semua ini Dude, gue ngerasa gue belum sepenuhnya menjadi tempat keluh kesah dia. Flora tak ingin orang terdekatnya mengetahui rasa sakitnya atau gadis itu gak mau berbagi rasa sakit itu."

Perkataan terakhir milik Max selalu terngiang - ngiang di pikiran kedua kakak beradik itu. Kini keduanya berada di tempat adik mereka terbaring, setelah melihat semua teror itu. Mereka berniat mengajukan tes DNA dan juga sidik jari di bagian - bagian tubuh tersebut.

Dengan cara itu mungkin bisa mengetahui identitas pemilik jari dan sebagainya tersebut. Dan kalau mereka beruntung terdapat sidik jari orang yang menyentuh benda - benda tersebut. Tapi nampaknya tidak mungkin, orang yang memberi teror tidak mungkin sebodoh itu.

"Ayo kita pecahkan masalah keluarga kita, supaya kamu kembali kesisi kita Flo." Lirih El yang hanya mendapat bunyi monitor denyut jantung adiknya.

Setelah mencium adiknya, keduanya kemudian memasuki ruang kerja Ayah mereka dan memberitahu semua yang mereka dapatkan hari ini serta foto - foto bentuk teror yang di dapat Flora.

Evan terdiam melihat teror yang di dapati anak gadisnya, betapa sakit hati gadis itu selama ini. Bisakah ia meminta maaf atas semua perlakuannya selama ini, atas rasa sakit anaknya selama ini. Bahkan untuk melindungi anaknya pun dirinya tak sanggup, psikis anaknya yerganggu dari berbagai pihak. Putrinya yang malang.

......

Keesokkannya Flora sengaja tidak ingin di antar oleh Abi ke sekolahnya, karena gadis itu ingin berkunjung kerumah Kalista. Gadis itu lagi - lagi tidak hadir karena luka memar nya belum sembuh dan itu di manfaatkan oleh Flora untuk kembali melanjutkan rencananya.

Flora sudah menghubungi Kalista untuk berkunjung, jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Waktu seperti ini masih terbilang aman karena Flora tak ingin mengunjungi rumah meneyeramkan itu di waktu sore apalagi malam, entahlah terasa aura yang berbeda jika langit sudah menggelap di mansion itu.

FLORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang