Bukan Idamanku

2.6K 67 2
                                    

Sepasang bola mata datar memandang teman-teman perempuan yang sudah menikah dan menggendong anak di acara reuni sekolah. Tinggal dua sampai lima orang yang masih melajang, termasuk gadis berambut cokelat bergelombang. Usia mereka saat ini dua puluh empat sampai dua puluh lima tahun.

Pemandangan keharmonisan teman-temannya bersama pasangannya membuat dirinya iri. Namun ia merasa terganggu saat anak laki-laki dari temannya merengek, duduknya tepat di samping gadis beralis tajam itu. Telinganya terasa panas saat anak berusia empat tahun itu menangis.

"Tolong anakmu diajak ke luar dulu. Aku enggak suka anak nangis!" tegurnya sembari mendengus. Sehingga teman lainnya yang satu meja makan jadi terkejut.

"Maaf, teman-teman. Anakku kadang tiba-tiba tantrum. Oke, aku ke luar resto dulu," kata ibu muda sembari menggendong anak laki-laki yang menangis.

"Inilah alasanku enggak mau datang reuni. Aku malas lihat anak-anak yang ribet," gerutunya.

"Sabar kenapa, bestie. Kamu juga sebentar lagi menikah sama Andra, terus nanti kalian punya anak deh," ucap perempuan berjilbab segitiga yang juga ibu muda.

Gadis itu menyeringai. "Ya ampun, aku menikah sama Andra karena pengen hidup berdua aja. Andra setuju kalau nanti kami memilih enggak punya anak dulu."

"Iya, itu kan kamu dan Andra. Lah, kalau orangtua kalian pengen punya cucu?"

"Ya, jawab aja yang menikah aku sama Andra, aku juga punya pilihan sendiri. Enggak ada salahnya kan enggak mau punya anak dulu? Ribet tahu bayanginnya, hehehe."

"Tapi anak itu anugerah Allah, Fan. Kamu juga kelihatannya subur dan sehat. Bisa-bisanya enggak mau punya anak," ujar perempuan berkacamata bening.

"Intinya aku mau menikmati kebucinan saat menikah nanti."

"Heh, kalian kayak enggak tahu Fana aja, hahaha."

Mereka melanjutkan makan sembari mengobrol seru. Sedangkan gadis yang bernama Fana sebentar-sebentar melihat beberapa temannya menyusui bayi dan menyuapi anaknya, kemudian kembali mengunyah makanan. Terlihat jelas bahwa dirinya tidak suka dengan anak-anak.

"Merepotkan sekali, huuff," batin Fana.

Seorang lelaki berbalut jaket biru dongker masuk ke restoran lalu menutup pintu. Mata para hadirin reuni seketika menyorot lelaki yang sedang merapikan rambutnya. Konon lelaki berkulit kuning langsat itu pernah jadi ketua OSIS dan idaman setiap gadis di sekolahnya. Senyuman lelaki itu merekah menyapa teman-teman sesama laki-laki.

"Enggak nyangka Erzan gantengnya awet banget," puji perempuan berbalut drees cokelat muda.

"Dia baru dua bulan yang lalu jadi duda, karena istrinya matre abis! Jadinya mereka cerai. Sayang banget sih, nikahnya baru enam bulan," kata perempuan berambut sebahu.

"Ya, namanya nikah nanti akan ketahuan aslinya dong, hahaha. Tapi boleh juga, dia jadi duren," ujar perempuan dengan bibir merah mencolok.

Ketika para perempuan tengah membahas tentang Erzan, Fana justru menikmati makanan dan minuman. Ia tidak tertarik nimbrung obrolan soal lelaki yang berstatus duda keren itu. Yang saat ini ada di hidup Fana ada Andra, pria yang menjadi calon suaminya. Hati Fana sudah cukup untuk Andra.

"Fan, si Erzan tuh! Dulu kamu pernah suka sama dia kan?" goda perempuan berambut sebahu itu.

Fana nanar menatap temannya itu. "Terus? Itukan udah dulu-dulu."

"Seandainya kamu enggak sama Andra, cocok tuh sama Erzan, hahaha. Kali aja Erzan bisa buka hati buatmu. Kalau nikah kan bakal jadi viral, Erzan pengusaha ternama dan kamu influencer."

Fana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang