Resmi menjadi seorang istri dari aktor popular, Fana pindah di rumah Adam. Perempuan bermata besar itu mengedar pandang kamar apik. Ia tidak bisa berkutik karena mulai hari ini satu kamar dengan Adam. Pahit hati yang harus diterima oleh Fana. Satu kamar dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya.
Fana merasa aneh karena di kamar itu tidak ada foto pernikahan Adam dan Ghaida. Sekitar kamar hanya ada barang-barang biasa. Ia merasa kamar ini punya cerita asmara Adam bersama mendiang istri pertamanya. Timbullah rasa tidak nyaman di diri Fana.
"Kayaknya aku perlu beli rumah baru. Walaupun aku udah nikah sama Pak Adam, tetap aja kamar ini punya Mbak Ghaida. Aku ngerasa enggak sopan kalau tidur di sini," ucap Fana.
"Fana," panggil Adam masuk kamar dan menghampiri Fana.
Fana menoleh Adam lantas berkata, "iya, Mas."
"Kamu taruh semua pakaianmu di lemari sini, ya. Kamar mandinya ada di dalam kamar ini. Kamu boleh taruh skincare dan make up di meja rias," jelas Adam.
"Mas Adam yakin-- saya yang menempati kamar ini?"
"Ya, dulunya, ini kamar saya dan Ghaida. Tapi, semua barang Ghaida sudah saya pindah ke kamar khusus. Kenapa?"
Fana mengerut dahi sambil menatap tajam kepada Adam. Adam mencoba memahami raut wajah istri keduanya itu.
"Saya kalau ngomong gini terkesan nuntut enggak, ya?" tanya Fana.
"Ngomong aja, silakan," jawab Adam.
"Maaf, Mas. Izinkan saya beli rumah baru. Saya kurang nyaman dan sopan kalau tinggal di rumah ini."
"Kenapa? Kita kan udah nikah, ya, otomatis satu rumah."
"Ya, kita udah suami-istri tentu satu rumah, tapi bukan berarti tinggal di sini. Rumah ini pasti punya cerita dan kenangan Mas Adam sama Mbak Ghaida. Saya merasa kurang sopan tinggal di rumah yang dulu di tempati istri pertama. Saya sadar diri sebagai istri kedua."
"Jangan merasa gitu, Fana. Kalian itu keluarga saya. Ghaida pasti bahagia kalau ada kamu yang mengisi rumah ini. Apalagi kamu bersama Zilfanya."
Fana tersenyum kecut sambil geleng-geleng. Adam menilik Fana tampak tidak nyaman.
"Saya tetap pengen beli rumah baru. Mas Adam enggak perlu mikirin biayanya. Saya beli rumah baru pakai uang saya," ujar Fana.
"Kalau beda rumah, Fanya gimana? Atau semua pada pindah ke rumah baru?" Adam kebingungan sambil bertanya-tanya.
"Cari rumah baru di sekitar perumahan ini bisa dong, Mas. Saya enggak akan minta Mas Adam ninggalin rumah ini kok. Mas Adam bisa bolak-balik. Soal Zilfanya, bisa tinggal di rumah baru saya. Zilfanya juga boleh bolak-balik. Saya pengen punya rumah yang nyaman dengan cerita saya. Saya butuh tempat pulang yang bikin hati saya teduh. Satu istana itu hanya bisa di tempati oleh satu ratu."
"Ya, monggo, Fana. Tapi untuk sementara waktu kamu tinggal di sini dulu. Saya bantu cariin rumah baru di sekitar sini. Semoga ada rumah kosong yang lagi dijual."
"Terima kasih, Mas. Oh, iya, kata Mas Adam setelah kita nikah bakal ada surprise. Surprise apa, ya?"
"Nanti sore kan ada bukber sama keluarga kita, kamu siap-siap aja. Emm, kalau kamu capek, istirahat aja dulu. Saya mau istirahat di ruang kerja."
"Iya, baik, Mas."
***
Adam usai membersihkan diri lantas keluar dari kamar mandi. Semerbak wangi sabun menyeruak ke ruang kerja. Ia mengeringkan rambut dengan handuk kemudian dilingkari di leher. Handuk itu lantas digantung di hanger. Wajahnya yang tegas itu segar bugar usai mandi sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fana (TAMAT)
RomanceDikenal sebagai influencer yang menginspirasi melalui pandainya berias diri, Fana tetap jadi kepribadian yang rendah hati, ceria dan ramah. Hidup di tengah keluarga yang harmonis dan bergelimang harta, nyaris sempurna. Fana juga mempunyai calon suam...