Bunga yang Hanyut

389 29 5
                                    

Aku suka bunga mawar darimu. Aku pernah merawat bunga mawar biar tumbuh mekar dan cantik. Sebagaimana merawat cintaku padamu agar tetap bermekaran di hati. Namun sekarang kubiarkan bunga mawar ini hanyut terbawa ombak. Biarkan pedih hatiku bersama kenangan kita yang tenggelam dalam gelombang laut.

***

Rambut cokelat panjang ikal itu berkibar terembus angin Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Gadis dengan balutan kemeja putih menikmati pemandangan ombak laut. Langkahnya berpijak di atas butir-butir pasir sampai mendekati air laut. Seikat bunga mawar merah berada digenggamannya. Hamparan langit biru nan cerah mendukung Fana untuk melakukan pemulihan diri.

Gadis bermata cokelat itu sudah melewati masa duka atas kepergian orangtuanya. Namun serpihan hatinya belum menerima kenyataan saat dikhianati Andra. Ada rasa ingin membalas dan menghajar Andra untuk meluapkan kepedihan hatinya.

Selama ini Fana selalu menjaga dan merawat cinta untuk Andra, tapi semenjak kehadiran Kirana sontak berubah seratus delapan puluh derajat. Menjaga dan merawat cinta saat jarak jauh tidak mudah, karena harus melibatkan kepercayaan dan melawan prasangka buruk. Namun sayangnya, Andra hanya memperlakukan Fana seperti ratu, bukan mengindahkan perasaan Fana.

Fana persetan dengan orang-orang sekitar, kakinya terus berjalan mendekati pasang-surut ombak. Di tepi pantai ini, ia ingin membuang rasa cinta yang telah dikhianati. Gadis itu setengah membungkuk hendak menghanyutkan bunga mawar merah yang dipegangnya. Seperti sedang mengerti perasaan Fana, ombak pantai yang cukup besar menghantam dan membawa bunga mawar hingga ke tengah laut.

"Aku suka bunga mawar darimu. Aku pernah merawat bunga mawar biar tumbuh mekar dan cantik. Sebagaimana merawat cintaku padamu agar tetap bermekaran di hati. Namun sekarang kubiarkan bunga mawar ini hanyut terbawa ombak. Biarkan pedih hatiku bersama kenangan kita yang tenggelam dalam gelombang laut," batin Fana.

Ketika Fana terpejam menikmati embusan angin sambil menghirup udara segar di pantai, tiba-tiba seorang menarik tangannya. Tubuhnya yang berisi itu lantas digendong oleh seorang pria. Fana berontak seraya menjerit-jerit karena pria itu lancang menggendongnya sampai di tengah pasir. Akibat Fana berontak membuat dirinya dan pria itu tersungkur di pasir pantai. Gadis itu merintih kesakitan sebab tangannya keseleo.

"Bukan bunuh diri cara mengakhiri masalah!" tegur pria yang mengibas pakaian yang penuh pasir.

Fana tercengang dan geram saat melihat pria yang lancang menggendongnya, ternyata Adam. "Enggak ada urusannya sama Anda. Kalau enggak tahu apa-apa mending diam!"

"Shafana. Ternyata kamu," kata Adam masih ngos-ngosan mengatur napas.

"Kenapa di dunia ini harus ketemu Bapak satu ini, sih?" Fana tertatih-tatih beranjak dari pasir sembari membersihkan pasir yang melekat di kemeja. Ia memegang tangan yang keseleo dan berlari meninggalkan Adam.

"Hei, mau ke mana? Saya mohon jangan coba-coba bunuh diri!" teriak Adam.

Fana menoleh ke belakang dengan tatapan tajam mengarah Adam. "Mau saya bunuh diri atau enggak, bukan urusan Anda!"

"Masih ada Allah yang sayang sama kamu, Shafana. Allah selalu bersamamu."

Fana tidak mengindahkan ucapan Adam. Ia berlari sejauh mungkin tanpa melihat sekitar, sampai kakinya tersandung batu karang. Gadis itu kian merintih kesakitan karena jari jempol kaki berdarah. Adam yang melihat dari kejauhan, cekatan menghampiri Fana yang sedang terluka.

Adam memberi isyarat supaya Fana naik di punggungnya. Ia menawarkan untuk menggendong Fana lagi, tapi Fana menolak dan berjalan pincang ke arah lain. Pria berstatus duda itu melihat darah terus mengalir di jempol kaki Fana. Adam geram dan sekuat tenaga menggendong Fana untuk mendapat pertolongan pertama.

Fana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang