Imam Buat Shafana

349 29 0
                                    

Selagi arunika berada di sebelah timur, belum ada kata terlambat untuk bertaubat. Selagi Yang Maha Kuasa memberi kita kesempatan hidup, masih bisa berbenah diri.

***

Fana duduk merenung seraya melihat Yumna mengeluarkan pakaian dari koper. Mereka kini tidak lagi tinggal di rumah dan sementara pindah di hotel. Demi keamanan dan keselamatan, Fana bersama Yumna, Risty, Ayunda dan Pak Tono tetap di hotel yang direkomendasikan oleh Adam. Tentunya dijaga ketat oleh para pengawal pribadi Fana.

Fana masih tidak percaya dengan ucapannya menerima pinangan Adam. Yang berarti ia akan menjadi istri dari seorang aktor popular. Prinsipnya pantang menikah dengan duda seketika runtuh, seolah semesta telah menuliskan Fana bersama Adam. Pun, hanya duda anak satu itu yang tetap menerima Fana di tengah huru-hara fitnah.

Yumna hendak menaruh pakaian Fana ke lemari. Di situ terdapat jilbab pashmina, tunik dan celana kulot pemberian dari Adam untuk Fana. Gadis berambut cokelat itu terperanjat lantas mengambil jilbab pashmina, tunik dan celana kulot. Ia berdiri di hadapan cermin dan perlahan-lahan mengenakan jilbab pashmina.

Seorang hamba yang tersentuh hidayah merasakan getaran hati. Sekujur tubuh rampingnya seketika merinding ingin mencoba busana muslimah. Dua mata bulatnya berkaca-kaca karena melihat dirinya belajar menutup aurat. Rambut panjang nan ikal itu dibalut jilbab pashmina. Fana tersenyum dengan penampilannya menutup aurat kian anggun dan teduh.

Yumna terkesima sekaligus menilik bos cantiknya mengenakan jilbab pashmina. Ia turut memakai jilbab dan bercermin dengan Fana. Dua gadis itu tertawa sembari bergaya cantik di hadapan cermin.

"Aku sempet merenungi kenapa kita dikasih ujian bertubi-tubi? Mungkin Allah lagi negur kita agar jadi hamba yang bertakwa. Aku seneng lihat Mbak Fana senyum pas pakai jilbab, tinggal sekarang kita mulai salat lima waktu," kata Yumna.

Fana diam seolah malu dengan dirinya sendiri. "Aku malu sama aku sendiri. Selama ini aku ... aku enggak salat. Ya, pernah, tapi terakhir pas aku masih SMA kayaknya, itupun jarang. Aku Islam dari lahir tapi enggak menunaikan salat lima waktu. Apa Allah masih mau nerima taubat kita?"

"Kalau kita bersungguh-sungguh taubat dan berprasangka baik sama Allah, pasti Allah menerima taubat kita, Allah Maha Pengampun, Mbak. Selagi kita masih dikasih umur."

"Tapi aku lupa bacaan salat, kalau kamu gimana?"

"Ya, sama sih, Mbak. Aku juga lupa salat jadi lupa semuanya."

"Bener katamu, ujian bertubi-tubi barangkali teguran dari Allah biar kita sadar. Ya, udah kalau gitu, aku beli buku tuntunan salat biar kita belajar bareng."

"Mbak Fana sementara belum boleh keluar ke mana-mana dulu. Mending titip beli ke Mas Putra, pengawalnya Mbak Fana. Mbak Fana telepon ke dia aja, minta tolong beliin buku tuntunan salat."

"Oke deh. Aku telepon dia sekarang."

Fana mengambil ponsel di nakas sembari merapikan jilbab. Jemarinya berselancar di kontak telepon kemudian menghubungi Putra, salah satu pengawalnya.

"Halo, Nona Fana. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Putra.

"Eee, saya minta tolong beliin buku tuntunan salat dan doa sekalian. Mas Putra tahu enggak belinya di mana?" kata Fana.

"Oh, tahu, Nona. Biasanya ada di toko kitab dan harganya murah."

"Oke. Saya transfer uangnya ke Mas Putra, ya, lewat M-banking. Oh, sekalian beliin emm dua gelas es ocean blue, entar saya screenshot gambarnya, belinya di kedai minuman. Kalau bisa beli sekarang juga."

"Nona Fana beli buku tuntunan salat dan doa buat apa?"

"Eee, buat saya belajar salat, hehehe."

"Oh baik, Nona."

Fana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang