Andra Terpuruk

397 21 0
                                    

Mata berang itu membaca deretan berita tentang pernikahan mantan tunangannya bersama aktor popular di internet. Napasnya memburu bagai tersulut api yang membara. Suasana tenang di ruang besuk tahanan justru membuatnya bercucuran keringat. Ia menggenggam kuat ponsel tapi sulit untuk dihancurkan.

Pakaian trendi yang selama ini membalut tubuh atletisnya, kini ia dengan balutan baju narapidana. Paras sawo matang yang terawat jadi lusuh tanpa produk perawatan kulit. Laki-laki yang selalu memperlakukan Fana seperti ratu, sekarang berubah jadi laki-laki yang tak terurus. Akibat balas dendam, ia jadi menetap lama di balik jeruji besi.

Pria jangkung yang sempat menyakiti Fana lantas membanting ponsel sampai hancur. Polisi penjaga, orang tua dan pengacaranya sontak terperanjat mendengar teriakan amarahnya. Ia tidak bisa menerima Fana yang sekarang bahagia dengan pria lain.

"Ada apa Andra?" tanya Rifa'i.

"Aku enggak rela kamu nikah sama cowok lain!" teriak Andra.

Seorang pengacara mengambil ponsel yang hancur lebur di lantai. Sementara kliennya memukul-mukul meja dengan kasar. Emosinya meluap dan sulit dikendalikan. Tiga polisi penjaga sigap menenangkan Andra tapi justru mendapat perilaku kasar Andra. Ia yang menyakiti Fana, ia juga yang tersiksa karena melihat Fana bersama Adam di berita.

Andra duduk sembari membenamkan wajah di kedua tangan. Ia menjerit histeris. "Aku masih sayang sama kamu, Fana. Aku enggak terima kamu sama cowok lain."

"Papa bingung sama kamu. Kamu sayang sama Fana tapi kamu juga menyakitinya. Jangan bilang, kamu sayang Fana dan Kirana," tegur Rifa'i.

"Andra enggak terima kalau Fana menginjak-injak harga diri Andra!" teriak Andra.

"Bukannya yang memulai duluan itu kamu. Kenapa Fana yang salah? Sekarang jadi gini kan? Papa bingung sekaligus malu punya anak kayak kamu," tegas Rifa'i.

"Udah, Pa. Jangan bikin Andra makin tertekan," lerai Heni.

"Papa juga ngikutin masalah Andra dan Fana. Yang memulai kesalahan, ya, anak kita! Kok bisa sejahat itu sampai mencelakakan Pak Erwin dan Bu Utami. Terus, menjebak Fana dan nyuruh orang buat melecehkan Fana. Papa enggak pernah ngajarin anak berperilaku sebejat ini. Sekarang yang kena imbas keluarga kita. Ini memang Andra yang melebihi setan."

"Cukup, Pa! Andra enggak bisa melepas Fana dan Kirana. Andra juga benci disudutkan sama Fana," hardik Andra.

"Kalau kamu enggak mau disudutkan, ya, jangan menyudutkan Fana dong. Kamu harusnya sadar, bukannya main nyalahin si ini dan si itu. Aneh kamu!" geram Rifa'i.

Rifa'i beranjak pergi dari ruang besuk tahanan kemudian menghentikan langkah di ambang pintu karena ingat sesuatu.

"Papa enggak sabar menunggu persidangan kasusmu dan komplotanmu itu. Kamu harus bertanggung jawab atas kesalahanmu. Nikmati dendam yang menggelapkan hatimu. Kalau nanti keputusan hakim, kamu harus dihukum mati, Papa udah ikhlas. Jangan mentang-mentang kamu anak orang berada bisa terbebas dari hukuman dunia. Jangan andalkan Papa untuk jadi backinganmu," sambung beliau.

Rifa'i mendengus dan keluar dari ruangan besuk tahanan. Beliau bertemu dengan Kirana sambil membawa makanan, tapi diabaikan dan dilewati. Kirana meneruskan langkah ke ruang besuk tahanan untuk menjenguk Andra.

Baru saja berdiri di ambang pintu, Kirana melihat Heni sedang menenangkan Andra yang mengerang. Ia menghela napas lantas menghampiri sang kekasih. Meski Andra menjadi tahanan, Kirana tetap di samping laki-laki dicintainya.

Kedatangan Kirana justru membuat suasana hati Andra jadi suram, bukan malah senang. Andra menatap nanar Kirana yang membawa makanan. Heni menyambut baik calon menantunya dan mempersilakan duduk di kursi. Kirana santun menyalami tangan ibunda Andra.

Fana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang