Model

445 23 7
                                    

"Apa aku berhenti jadi aktor aja, ya? Atau bikin usaha? Tapi bikin usaha apa?" pikir Adam dengan serius.

Kedua tangannya menopang dagu seolah sedang memutar otak dalam renungannya. Sepasang mata tegas itu bukan sedang melihat objek lampu taman, melainkan sedang membayangkan rencana kedepannya. Adam dilema antara karier di dunia hiburan sedang bersinar, tapi di sisi lain, ia ingin banyak meluangkan waktu untuk Zilfanya. Ia tahu usia Zilfanya butuh kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari orangtua kandung. Menjadi aktor terbaik juga tak kalah pentingnya untuk tabungan masa depan putrinya.

Zilfanya mendapat sosok figur ayah yang ada di diri Adam, tapi belum lengkap rasanya jika gadis kecil itu dapat sosok figur ibu. Kesibukan kadang membuat Adam merasa bersalah dengan Zilfanya-- merasa belum sepenuhnya memberikan yang terbaik untuk putrinya. Hanyut dalam lamunan dan renungan, sehingga laptop, buku dan gawai yang di meja tak disentuhnya.

Adam teringat kembali saat dirinya minta pendapat soal menikah lagi setelah wafatnya istri pertama kepada seorang ustadz kondang. Waktu itu, ia melihat situasi dan kondisi aman usai kajian islam, baru berani ngobrol dengan ustadz tersebut.

"Enggak masalah kalau antum mau nikah lagi setelah istri pertama meninggal dunia," kata seorang ustadz yang banyak dikenal masyarakat Indonesia.

"Tapi saya kayak ada rasa enggak enak sama istri pertama di sana. Saya kayak jahat banget kalau nikah lagi sama perempuan lain," ucap Adam.

"Laki-laki itu kalau mampu boleh punya empat istri. Kalau belum mampu adil, cukup satu. Tapi kalau istri pertama udah meninggal dunia dan pengen nikah lagi, enggak masalah. Apalagi anak perempuan antum butuh sosok ibu. Senangkanlah anak perempuan antum dengan kehadiran figur ibu. InsyaAllah, kalau suami di surga kelak bisa berkumpul bersama istri-istrinya-- dengan catatan masih terikat pernikahan. Beda dengan seorang istri yang ditinggal mendiang suaminya, kalau si istri ini nikah sama suami baru, maka suami barunya yang bersamanya di surga, bukan suami pertamanya," jelas beliau secara rinci.

"Baik, Ustadz Abdul. Terima kasih ilmu dan pencerahan dari Ustadz."

Dering gawai membuyarkan lamunan Adam. Ada panggilan masuk dari seorang rekan kerjanya di Jakarta. Adam sejenak mengusap wajah agar tidak lesu. Ia lantas mengangkat telepon dari rekan kerja di dunia entertainment.

"Halo, Jef," sapa Adam.

"Halo, Bro Dam. Ada kepentingan yang perlu gue sampaiin ke lu," kata seorang pria itu.

"Ada kepentingan apa?"

"Lu udah beres main drama serial kan?"

"Udah, makanya aku bisa pulang ke Jogja. Aku juga ambil cuti jadi aktor, mau fokus sama anak dulu."

"Oh, oke-oke. Tapi lu bisa enggak kalau urusan ini? Lu dapet job jadi model di brand Energo. Kan lu pernah jadi brand ambassador juga. Fashion show brand mereka gitulah. Mau enggak lu?"

"Emm, gimana, ya? Kapan tuh?"

"Tiga hari lagi. Lokasi di perusahaan Energo sendiri."

"Oke, aku pikir-pikir dulu, ya. Nanti aku kabari kamu lagi."

"Sip, gue tunggu kabar lu lagi. See you soon, Dam."

"Thanks for information, Bro."

Usai mengakhiri percakapan antara Adam dengan rekan kerjanya, ia merasakan ada yang sedang menarik-narik kausnya. Pria berahang tegas itu menunduk ke bawah-- ternyata Zilfanya yang menarik kausnya. Gadis kecil itu tersenyum hingga menampakkan gigi bagai biji timun. Adam sejenak membelai poni putrinya, kemudian menggendong Zilfanya untuk dipangku.

Fana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang