Gado-gado

464 27 13
                                    

Acara pertunjukan fesyen kemarin telah usai. Hari ini Fana dan Yumna menyegarkan diri-- bertepatan dengan hari bebas kendaraan. Dua gadis dengan balutan baju olahraga panjang itu mengedar pandang Kota Jakarta. Banyak gedung-gedung menjulang tinggi sampai jalan raya yang bebas dilalui. Bagai anak-anak riang gembira berjalan di tengah keramaian orang. Tidak ada kata lelah yang dirasakan Fana dan Yumna.

Pancaran sinar matahari waktu itu masih terbilang baik untuk kesehatan. Langit biru nan cerah dengan awan-awan putih menghiasi kota ini jadi estetik. Daun-daun bergoyang pada dahan pohon karena tertiup angin menambah kesegaran pagi ini. Raut wajah para insan yang segar, semringah dan saling menyapa terasa damai. Tidak ketinggalan para pedagang kaki menyuguhkan berbagai makanan dan minuman seraya mengais rezeki.

Ada yang menikmati hari ini dengan jalan santai, bersepeda hingga berfoto ria. Betapa nikmatnya hari bebas kendaraan supaya mereka melepas penat dari aktifitas atau pekerjaan. Fana memanfaatkan momen ini dengan berfoto dan membuat video. Ia meminta tolong kepada Yumna untuk memotret dirinya, sampai keduanya foto bersama dengan pemandangan Ibukota Jakarta.

Fana dan Yumna cukup puas jalan santai hingga mengabadikan momen, yang pada akhirnya membuat lambung mereka ingin diisi sarapan. Belum sampai ke tempat pedagang gado-gado, tangan Fana sontak ditarik oleh seorang pria berkulit sawo matang. Gadis itu terkejut dan mulai tersulut emosi karena hampir jatuh dipelukan pria yang telah mengkhianatinya. Fana pandai menyeimbangkan tubuh agar tidak dirangkul oleh mantan tunangannya, Andra.

"Kemarin kamu ngomong apa aja ke Kirana?" tanya Andra menatap sinis kepada Fana.

Fana menyeringai sembari menjawab, "Hah? Aku ngomong sesuai isi hati yang udah gondok. Kenapa emang?"

"Gara-gara omonganmu, dia jadi sakit. Lain kali-- dicerna kalau ngomong biar enggak bikin orang sakit."

"Aduh, dia duluan yang nyamperin aku. Salah dia dong, udah risikonya. Omongan dicerna? Enggak salah? Kemarin-kemarin kalian apa? Nyakitin hati aku juga kan?" Kening Fana makin berkeringat-- bukan karena sehabis olahraga, melainkan mulai tersulut emosi.

"Tapi Kirana itu orangnya sensitif! Beda sama kamu bisa kuat."

Yumna mendengus saat mendengar ucapan Andra, kemudian menggeram, "Asal Mas Andra tahu, Mbak Fana frustrasi pas tahu Mas Andra sama Kirana, terus ditinggal wafat Mama-Papanya dan sempat ribut sama keluarga besarnya. Belum lagi, Mbak Fana dan orangtuanya pernah dapet hujatan dari netizen gara-gara podcast Mas Andra. Udah LDR, dikhianati lagi. Lebih sakit mana, hah?"

Percekcokan mereka mengundang perhatian orang sekitar. Andra terdiam dan malu saat ditatap oleh orang ramai. Sorotan mata Fana memerah yang berarti memendam marah, benci dan sakit hati kepada Andra. Lenyap sudah ketulusan cinta dari mata besar nan cantik itu, karena ternyata cintanya hanya dianggap pelarian oleh mantan tunangannya.

"Aku jadi tahu siapa yang ada di hatimu? Sekarang jadi kelihatan jelas. Soal podcast kamu sama Doni itu hanya pengalihan aja kan? Biar kedekatanmu sama Kirana enggak ketahuan ke aku. Seolah kamu nyalahin aku dulu, tapi kamu nyelamatin Kirana. Lagian-- ngapain si Kirana ngajuin pilihan antara aku sama dia? Ini aja udah jelas-- kamu berpihak sama siapa," jelas Fana.

"Cukup, Fan. Aku udah minta maaf ke kamu. Kenapa sih harus dibahas yang udah lalu? Enggak malu apa dilihatin orang?" dalih Andra.

"Loh, aku sama Yumna dari pagi enjoy aja jalan santai. Kan kamu duluan yang narik tanganku dan mulai ngajak ribut. Salahnya siapa dong? Mau pergi atau tetap ribut di sini? Harusnya kamu sih yang malu."

"Intinya jangan ngomong macem-macem sama Kirana."

"Cewek kalau lagi laper dan perutnya kosong bisa gebukin cowok sampai babak belur. Mumpung aku cuma emosi, aku mau bilang-- aku enggak sudi sama kamu lagi! Aku juga muak diganggu sama cewek itu. Pergi dari sini atau aku gebukin kamu?"

Fana (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang