Pagi-pagi sudah nyaring suara tangis Zilfanya di pelukan Adam-- yang tak rela ayahnya pergi ke Jakarta. Zilfanya tidak biasanya rewel, padahal dulu ia selalu biasa saja saat Adam ke Jakarta. Mbok Dalmi dan Siska dengan sabar membujuk Zilfanya supaya luluh dan tenang. Namun Zilfanya memberontak dengan mendorong dua baby sitternya.
Adam melihat jam tangan menunjukkan pukul 07.00 pagi, padahal keberangkatan pesawat jam 08.00 pagi. Ia khawatir dan gelisah, membayangkan di perjalanan mengalami kemacetan hingga telat datang ke Bandara Adisutjipto-- ketinggalan pesawat. Padahal Adam sudah janji dengan produser dan sutradara lekas kembali ke Jakarta hari ini.
"Daddy harus pergi sekarang. Kalau pekerjaan Daddy udah selesai, Daddy bakal ambil cuti, oke," bujuk Adam.
"Fanya mau ngerasain main dan liburan bareng sama orangtua, kayak temen-temen Fanya lainnya," ucap Zilfanya tersedu-sedu.
"Kemarin kan udah sama Daddy selama di rumah. Daddy juga perlu kerja buat beli baju, jajan, susu, mainan dan tabungan untuk Fanya. Tolong ngertiin Daddy, ya."
"Fanya udah ngertiin Daddy, tapi Daddy enggak ngertiin Fanya!"
"Ngertiin Fanya dengan Tante Shafana jadi Mommy baru, gitu? Dengarkan Daddy, Nak, enggak semudah itu cari dan punya Mommy baru. Daddy udah lihat berita tentang Tante Shafana sekarang lagi ngalamin masalah. Jadi kita enggak perlu buru-buru ke Tante Shafana. Tante Shafana butuh waktu untuk menyelesaikan masalahnya. Kalau udah selesai masalahnya, kita boleh ke rumah Tante Shafana. Sepakat enggak sama Daddy?"
Zilfanya merenggangkan pelukan dari Adam. Sang ayah menyeka air mata Zilfanya dengan jemari penuh kasih sayang. Meski ia seorang ayah, nuraninya tidak tega dan sanggup melihat putrinya menangis tersedu-sedu. Pria itu paham Zilfanya juga butuh kasih sayang dan perhatian penuh dari figur ibu.
Zilfanya mengangguk sesekali. "Tapi Daddy janji sama Fanya, di Jakarta, Daddy enggak boleh cari Mommy baru. Fanya cuma pengen Tante Shafana."
"InsyaAllah, sayang. Sekarang, Daddy boleh pergi? Senyum sedikit biar anak Daddy makin cantik," kata Adam.
"Baik, Daddy. Hati-hati di jalan. Kalau Daddy udah sampai Jakarta, video call sama Fanya, ya."
"InsyaAllah, siap, tuan putri! Baik-baik sama Mbok Dalmi dan Mbak Siska, ya. Makan yang teratur dan sehat. Rajin belajar, ngaji dan salat. Doakan Daddy dan Mommy juga. Sekarang Fanya enggak perlu takut ke sekolah, karena udah ada Om-om pengawal yang jagain Fanya."
"Doakan Tante Shafana boleh juga kan, Dad?"
"Eeee, ya, enggak apa-apa sih, hehehe. Ya, udah, Daddy berangkat dulu, nanti pesawatnya takut terbang."
Zilfanya mencium pipi, tangan hingga memeluk hangat Adam. Begitu pula Adam mencium dahi, pipi dan rambut Zilfanya dengan kasih sayang. Adam beranjak sambil membawa tas ransel dan koper, tidak lupa melambai tangan kepada Zilfanya. Rudi sigap membuka pintu mobil untuk aktor tampan itu, kemudian membawa koper dan tas ke bagian bagasi mobil.
Mobil Tayata Alyhard yang membawa Adam mulai jalan meninggalkan rumah mewah itu. Adam terus melambai tangan kepada Zilfanya dari balik jendela mobil. Zilfanya juga terus melambai tangan kepada sang ayah di bawah pengawasan dua baby sitter dan para pengawal rumah. Tidak ada lagi bayang-bayang ayahnya, Zilfanya lari masuk ke dalam rumah menyebabkan dua baby sitter tercengang.
Gadis kecil itu lantas membuka pintu kamar Adam dan masuk di dalamnya. Ia mendongak saat melihat pigura foto pernikahan ayah dan mendiang ibunya. Zilfanya duduk di sisi kasur seraya menatap foto pernikahan kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fana (TAMAT)
RomanceDikenal sebagai influencer yang menginspirasi melalui pandainya berias diri, Fana tetap jadi kepribadian yang rendah hati, ceria dan ramah. Hidup di tengah keluarga yang harmonis dan bergelimang harta, nyaris sempurna. Fana juga mempunyai calon suam...