Sebuah fakta

3K 90 9
                                    

Hallo, salam 6 agama!

Apa kabar besti?

tandai typo!

H A P P Y R E A D I N G !

[ tiga tiga ]

[ tiga tiga ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

"Nala?" lirih Cakra  seraya menggeleng pelan. Berharap yang diucapkan oleh Alvero adalah kesalahan.

"Maaf."

DAMN.

Satu kata, namun dapat mematahkan segala harapan yang ada pada hatinya. Cakra menatap Kaila dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

"Jangan bohong, Kai!" gertaknya masih berusaha untuk tak percaya. Namun lagi dan lagi, Kaila menggeleng.

"Kenapa?" lirihan Cakra terdengar begitu kecewa saat di dengar.

Kaila mencoba untuk menghalau cairan bening yang ada pada pelupuk matanya. Menahan mati-matian air mata yang kapan saja bisa meledak. Ia kecewa dengan Cakra, namun entah kenapa hatinya terasa sakit saat Cakra mengetahui yang sebenarnya.

"Gue berhasil." tukasnya dingin, membuat Cakra mendongakkan kepalanya menatap Kaila.

"Maksud Lo?" tanya Cakra dengan suara serak.

Kaila tersenyum sinis, "surprise gue berhasil, kan?"

Deg.

"Sekarang Lo udah tau identitas asli gue. Gue harap, Lo akan terus benci sama gue! Karena gue udah muak sama kelakuan Lo." desisnya tajam.

Shit!

Cakra diam tak berkutik mendengar pernyataan dari perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu. Hatinya bagai di hantam sebongkah batu besar. Dadanya bergemuruh dan matanya mulai memanas. Entah kenapa hatinya sakit saat Kaila bilang, bahwa Kaila ingin dirinya tetap membencinya. Apa ada yang salah dengan perasaannya? Apa mungkin ia sudah mulai jatuh pada sosok yang ada di depannya ini? Ia kembali menggelengkan kepalanya lemah.

"Dan jangan lagi berharap, gue akan luluh sama sikap manis Lo itu! Karena sekarang, gue bukan lagi Kaila yang Lo kenal. Sekarang Lo tau, kenapa gue disebut Nala, Nala adalah singkatan dari Shafana Nicholas, Kaila Shafana Nicholas." tegasnya tepat di depan wajah Cakra.

Tubuh Cakra menegang sempurna. Kenapa ia tak menyadarinya dari awal? Kenapa jadi seperti ini Tuhan?

'Bukan hanya musuh keluarga, tetapi musuh terbesar Fuerza juga mengincar nya.'

Ucapan sang ibu tempo waktu, kini kembali terngiang di otaknya. Semua pertanyaan yang ada di kepalanya, sekarang terjawab sudah. Jadi ini alasan sang ibu, memerintahkan dirinya untuk selalu mengawasi Kaila?

--

"Lo gila?" sentak seorang gadis dengan wajah memerah menahan amarah.

"Lo tau kalau ini beresiko buat Lo, Na." sambungnya menatap tajam sosok yang disebutnya Na itu.

"Y,"

Brak.

Seorang gadis yang satunya menggebrak meja karena emosi dengan respon gadis di depannya ini. "Nalanjing." umpatnya tak tahan.

"Apa sih Lo berdua? Alay tau ngga?!" seseorang yang disebut Nala itu yang tak lain adalah Kaila. Dua gadis bermasker di depannya ini sangat amat cerewet, pikirnya.

"Lo bilang alay? Lo tau, dengan keputusan konyol Lo ini, itu bisa membahayakan keselamatan Lo, Na. Lo mau mati di tangan curut-curut itu?" tukas salah seorang gadis.

Kaila tersenyum sinis, "apa setelah mereka tau kalau gue adalah Nala, seseorang yang mereka incar selama ini, sasarannya masih tetap gue? Engga. Kalian berdua jangan bodoh jadi orang, mau aja ditipu."

"Kalau bukan Lo, terus siapa? Kita berdua? Fila? Atau-"

"Cakra." sahut Kaila cepat.

"Mereka ngga bodoh. Gue emang kelemahannya Fuerza, tapi itu dulu sebelum gue punya hubungan sama Cakra dan keluarganya. Tapi setelah gue punya hubungan sama Cakra dan akhirnya musuh tau kalau gue adalah Nala, sasaran mereka berganti ke Cakra. Karena sejujurnya, gue yang dianggap sebagai kelemahan, nyatanya gue juga punya kelemahan, dan itu Cakra!" jelasnya panjang lebar.

"Sasaran pertama dari seorang musuh adalah kelemahan lawannya. Saat mereka tau kalau gue punya kelemahan, akhirnya mereka mulai mengincar kelemahan gue. Itu adalah satu alasan, kenapa gue nolak usul kalian untuk membongkar identitas gue di depan inti Fuerza, karena gue masih mau ngelindungin Cakra dari mereka!"

Kaila kembali menatap satu-persatu gadis dihadapannya itu, "jadi tolong, hargai keputusan gue!"

"Dan meskipun sekarang gue ngga bisa ngelindungin dia sebagai istrinya, gue akan tetap pantau dia dari jauh. Karena didekatnya, masih ada manusia ular yang harus gue singkirkan!" Kaila tersenyum misterius.

--

Tubuh Cakra menegang sempurna, mulutnya terasa kelu. Hatinya seperti disayat belati yang begitu tajam kala melihat layar monitor didepannya.

Devan yang sedang gabut, mencoba untuk mengotak-atik komputer yang ada didalam ruang rapat markas Fuerza, yang katanya sudah rusak. Niatnya hanya ingin memperbaiki, namun saat komputernya sudah nyala, di layar monitor langsung muncul sebuah rekaman cctv. Saat dilihat jam dan tanggalnya, ternyata itu adalah rekaman cctv saat ini. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata komputer itu memang terhubung langsung dengan cctv yang saat ini muncul dilayar monitor.

"Ini serius? Jadi selama ini, bukan Lo yang ngelindungin Kaila, tapi justru dia yang lindungi Lo?" tanya Reno tak habis pikir.

"Tadi Kaila bilang apa? Dia akan tetap pantau Lo dari jauh. Segitu baiknya dia sama Lo, tapi apa balasan Lo ke dia?" lagi dan lagi Reno tersenyum sinis.

"Dan siapa manusia ular yang dimaksud sama Kaila?" tanya Devan penasaran.

"Yang jelas, orang itu ada disekitar kita." sahut Attar yang sedari tadi diam.

--

TO BE CONTINUE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TO BE CONTINUE.

gimana sama part ini?

Next or no?

See u.

ꜱᴛᴏʀʏ ᴋᴀɪʟᴀ [ ᴛᴀʜᴀᴘ ʀᴇᴠɪꜱɪ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang