Allo, salam 6 agama!
tandai typo!
H A P P Y R E A D I N G !
# M E N U J U E N D
--
Hari demi hari berlalu, dua minggu sudah terlewati dengan sempurna. Tak ada yang mencurigakan ataupun mengkhawatirkan. Semua berjalan mulus layaknya jalan tol. Hari ini, adalah hari terakhir dimana ujian nasional SMA Trisakti dilaksanakan. Hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan seminggu lagi.
Siang menjelang, waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Dimana semua siswa kelas 12 SMA Trisakti bisa merasakan kebebasan. Tak berbeda halnya dengan Kaila dan Cakra. Saat ini, keduanya sedang berada disebuah cafe yang terletak tak jauh dari Trisakti. Mereka menunggu kedatangan para sahabatnya yang tadi bilang akan menyusul.
"Udah lama nunggunya?" tanya Andin yang tiba-tiba muncul beserta yang lain.
"Mommy." suara seorang bocah membuat atensi semua teralih padanya.
Seketika, Kaila mengembangkan senyumnya. "Hai, kok disini?" seraya memeluk erat tubuh mungil Elano.
El hanya menganggukkan kepalanya, "tadi di jemput sama Uncle Van and Uncle Ren." Kaila manggut-manggut saja.
"Ka." panggil Reno dengan wajah kusut. Sedangkan Cakra, hanya menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Lain kali jangan suruh gue lagi buat jemput nih bocah!" serunya seraya menatap El lesu.
Kedua alis Cakra tertaut, "kenapa emang?"
"Tanya aja sama tuh bocil!" tukas Devan ikut menyahut.
Tatapan Cakra beralih pada El yang kini hanya menampilkan wajah datarnya. "El?" sang empunya nama pun langsung mendongakkan kepala menatap sang ayah.
"Kamu apain Uncle Van sama Uncle Ren?" tanya Kaila menimpali.
"Ngga ngapa-ngapain." jawabnya singkat.
"Bukan salah, El, juga. Ini salahnya Uncle, ngapain juga cari ribut sama El!" serunya menatap Devan serta Reno.
"Emang kalian diapain sama El?" tanya Kaila.
"Uncle ngajarin aku ngga bener Mommy." sahutnya cepat.
Cakra yang mendengar hal itu, sontak menatap kedua sahabatnya itu dengan tatapan membunuh. Dan saat keduanya melihat tatapan yang dilayangkan Cakra padanya, membuat Ia merinding seketika.
"Uncle Van tadi bilang gini, nanti kalau udah besar, jadi aja kek gue Cil, badboy. Enak tau jadi badboy, banyak cewek pula. Entar gue kasih tutor deh, caranya bisa jadi kek gue, yang notabenenya idaman para wanita, gitu." ujarnya menirukan gaya bicara Devan.
Sedangkan sang empunya nama, langsung memelototi El. Bocah ini, jarang bicara, tapi sekali bicara bisa membuat siapapun pusing tujuh keliling, pikirnya. Tak seperti respon Devan, Reno justru ngakak mendengarnya.
"Bukan cuma Uncle Van yang ngajarin aku ngga bener, Dad. Uncle Ren juga!" ucap bocah itu membuat Reno seketika menghentikan tawanya. Diganti dengan raut wajah was-was. Takut bila sewaktu-waktu, El membocorkan apa yang sudah ia katakan pada bocah tengil itu.
"Ngajarin apa?" tanya Cakra datar.
"Katanya, pokoknya nanti malem, Lo suruh aja bokap Lo tidur diluar, Cil. Karena kalau ada cewek sama cowok di satu ruangan malem-malem itu ngga baik. Bisa-bisa nanti Cakra nerkam Kaila. Lo sayang, kan, sama Mommy Lo? Pokoknya jangan sampai, deh! Gitu, Dad." tukasnya panjang lebar.
"Emang Daddy mau nerkam Mommy, mau ngapain sih?" tanyanya polos. Sedangkan yang ditanya kini sudah menatap Reno tajam. Seketika bulu kuduk Reni berdiri. Hanya satu yang ada dipikirannya saat ini, rumah sakit atau rumah masa depan alias kuburan?
Dan kini gantian Devan yang sudah memecahkan tawanya. Menatap Reno dengan tatapan mengejek.
"Udah tau goblok, kok masih dipelihara!" celetuk Carra mengejek Reno yang kini menampilkan senyum paksanya.
"Kalau sesat ya sesat aja, ngga usah ngajak anak orang." timpal Andin ikut memanas-manasi.
--
"MOMMY." teriakan melengking itu membuat Kaila menutup telinganya rapat-rapat. Namun, tak ayal Ia tetap menghampiri sang putra yang berteriak.
"Ada apasi El? Jangan buat Mommy marah, ya!?" tukasnya seraya berjalan tergesa kearah sumber suara.
"Mommy, hiks- Daddy pingsan."
Mata Kaila membola, "ya ampun, kenapa Daddy kamu bisa kek gini, El?"
El menggeleng pelan, "ngga tau, tadi El main sama Daddy, terus kepala Daddy kejedot meja, terus tiba-tiba pingsan hiks- Daddy." cerocosnya tak berhenti.
Kaila meletakkan kepala suaminya diatas paha, "Ka, sayang, hei bangun!" ucapnya panik, seraya menepuk pelan pipi sang suami.
"Tolong ambilin air di dapur, El!" El mengangguk dan segera melaksanakan perintah sang ibu. Dan-
Bruk.
Prang.
"ASTAGHFIRULLAH, EL." tanpa sadar, Ia meninggalkan Cakra yang kini sedang meringis kesakitan. Bagaimana tidak, karena panik melihat El yang terjatuh, membuat Kaila langsung berdiri dan membiarkan kepala suaminya itu mencium lantai dingin rumahnya.
"MOMMY, Huaaa-"
"Ck, bocil nyusahin!" gumam Cakra kesal. Yap, Ia tadi memang pura-pura pingsan, agar mendapat perhatian lebih dari Kaila yang sedari tadi sibuk dengan benda-benda kesayangannya. Apalagi kalau bukan piring dan kawan-kawan.
Kaila menggendong tubuh mungil El. Ia berjalan menuju sofa. Sesaat, matanya menangkap keberadaan Cakra yang mulutnya sedang berkomat-kamit tak jelas.
Ia mengerutkan keningnya bingung, "loh, bukannya kamu pingsan, ya?" Cakra yang mendengar pertanyaan istrinya itu menjadi gelagapan sendiri.
"Itu, anu-" Cakra menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bingung harus menjawab apa.
"Oh, jangan-jangan kamu mau bohongin aku sama El, ya? Ngaku kamu!" sentaknya membuat nyali Cakra seketika menciut.
Ia menunduk, "maaf."
"Huaaa- Daddy kok bohongin aku sama Mommy, sih. Hiks- El ngga like sama Daddy." seru El terisak.
"Kalau gini caranya, mending aku turutin omongannya Uncle Ren, deh. El ngga kasih izin Daddy buat tidur sama Mommy!" sambungnya lagi.
"LAH, KOK GITU? YA NGGA BOLEH GITU DONG!" serunya tak terima.
"Kata Uncle Ren boleh, kok." celetuk El polos.
"Engga."
"Boleh pokoknya."
"Engga, El!"
"Dih, kok ngamok?"
"Kamu, sih, buat Daddy emosi."
"Ya, kan emang Daddy yang salah, gimana sih?"
Kaila yang mendengar perdebatan antara dua lelaki berbeda generasi itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Sesaat kemudian, senyum miring terbit dibibir tipisnya.
"Gimana kalau Mommy tidur sama Uncle Ren aja, pasti seru!"
--
TO BE CONTINUE.
wah-wah, menuju end nih.
Kalian tim mana?
Sad end?
Or
Happy end?
Next or no?
See u.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱᴛᴏʀʏ ᴋᴀɪʟᴀ [ ᴛᴀʜᴀᴘ ʀᴇᴠɪꜱɪ ]
Randomᴡᴀᴊɪʙ ꜰᴏʟʟᴏᴡ ꜱᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴛᴇᴇɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ. -- Memiliki prinsip, menikah sekali seumur hidup. Ia akan mempertahankan apa yang berhak ia pertahankan. Namun, pernikahan yang di penuhi dengan kebencian, apa berhak untuk di pertahankan? Kisah seorang gadis...